Minggu, 29 Juni 2014

Sunset Bersama Rosie Karya Tere Liye


Alhamdulillah, dua hari ini aku telah selesai membaca novel "Sunset Bersama Rosie" karangan Tere Liye. Akhir-akhir ini aku jadi keranjingan membaca buku lagi. Setelah beberapa tahun belakangan agak malas karena lebih sering menonton film baik Barat maupun Korea, dan lain-lain. Sebenarnya keinginan untuk membaca buku lagi bisa dibilang karena dorongan seringnya membuka fanpage fb nya Tere Liye. Dalam fanpage itu, dia selalu menuliskan kalimat-kalimat penuh inspiratif, kalimat-kalimat  pemuas dahaga, penyejuk kehidupan yang sarat makna, dia selalu punya cara menceritakan kisah-kisah dengan cara dan sudut pandang yang berbeda sehingga memberi pemahaman dan pengertian yang juga berbeda tentang hidup, tentang perasaan, dan tentang cinta. Dalam novel "Sunset Bersama Rosie" itu Tere Liye mengajak para pembaca terhanyut dalam alur cerita yang menarik, bahasa yang mudah dimengerti, dan memainkan emosi para pembaca sehingga ketika kita membaca buku itu, kita juga seakan ikut terhanyut dalam tiap adegan dalam cerita tersebut. Buku itu menceritakan tentang makna sebuah kesempatan. Tentang seorang pria bernama Tegar, yang sudah memendam perasaan cintanya selama dua puluh tahun pada gadis pujaan hatinya. Suatu ketika saat ia ingin memberanikan diri mengungkapkan perasaannya itu, dia pun mengajak pujaan hatinya, Rosie, mendaki Gunung Rinjani, Lombok. Tidak hanya pergi berdua, untuk mengurangi ketegangan apabila perasaannya ditolak, lelaki itupun mengajak sahabatnya, Nathan, ikut pergi menemani. Namun malang benar nasib lelaki itu, ternyata sahabatnya, Nathan_yang baru mengenal pujaan hatinya dua bulan belakangan_ juga menyukai Rosie. Dan hebatnya, sahabatnya telah lebih dulu menyatakan cinta pada gadis pujaannya itu dan mendapat respon positif dari gadis itu, yang merupakan sahabatnya dari kecil, sejak 20 tahun silam. Menyaksikan hal itu, Tegar yang baru sampai di puncaknya kembali turun terburu-buru tanpa sepengetahuan mereka. Ia pun menghilang pergi dan menjauh dari kehidupan mereka. Rasanya sungguh tidak adil, cintanya yang ia pendam selama 20 tahun pada sahabatnya itu kalah dengan waktu 2 bulannya Nathan mengenal Rosie. Hanya karena ia yang terlalu lama membiarkan kesempatan itu tak kunjung datang.
Selama kurang lebih enam tahun ia hidup dalam kebencian pada mereka, malam-malam penuh gelisah yang harus terus dilaluinya, ia juga bekerja selama 18 jam sehari di perusahaan untuk pelampiasan agar melupakan semua kejadian buruk itu. Dan hanya waktu yang mampu mengatasi pengalaman pahit itu, hanya dengan berdamailah maka ia bisa melewatinya. Hingga suatu ketika mereka datang lagi, gadis pujaan hatinya dan suaminya yang tak lain adalah sahabatnya dulu. Mereka datang mengunjungi apartemennya, tidak hanya itu, tetapi mereka juga membawa dua buah cinta mereka yang ceria dan riang. Dua malaikat kecil itulah yang sedikit demi sedikit mencairkan luka hatinya itu, kebenciannya pada mereka perlahan memudar karena kehadiran dua malaikat itu yang riang dan ceria. Cerita ini berlatar belakang di kota Lombok, tepatnya di Gili Trawangan. Di sini juga diselipkan kejadian bom Bali yang merenggut nyawa sahabatnya, Nathan. Kematian sahabatnya itu membuatnya meninggalkan acara pertunangannya dan meninggalkan kehidupannya yang super sibuk di Jakarta. Dia mulai menetap di Gili Trawangan dan mengurus resor milik keluarga Rosie dan juga mengurus anak-anak mereka. Sedangkan Rosie yang terlalu terluka karena ditinggal pergi Nathan mengalami depresi berat. Selama kurang lebih dua tahun harus menjalani rehabilitasi mental dan tinggal di shelter di Bali. Praktis, Tegar yang mengambil peran sebagai paman, om, ayah, ibu untuk mereka hingga ikatannya dengan anak-anak itu begitu kuat. Membaca novel ini, aku seperti ikut merasakan juga perasaan anak-anak itu yang kehilangan ayah mereka karena bom sialan itu. Bom yang mengatasnamakan jihad. Sungguh, Islam tidak mengajarkan hal keji seperti itu. Apalagi membunuh orang yang tidak bersalah. Dan jujur aku sedih sekali ketika bom dan teroris itu selalu dikaitkan dengan islam. Dari sini harusnya mereka belajar bahwa tidak seharusnya mereka melakukan perbuatan keji_membunuh orang asing dengan bom_dengan alasan jihad, apakah pernah terpikir bagaimana perasaan keluarga mereka yang ditinggalkan? Pernah merasakan bagaimana dampaknya pada masyarakat Bali saat itu? Turis-turis asing kembali ke kampung halamannya dan enggan ke Bali, pemasukan devisa berkurang, pemasukan warga setempat dari tempat-tempat wisata yang biasanya ramai dikunjungi turis jadi berkurang. Bisakah dihitung berapa banyak kerugian yang mereka dapatkan hanya karena alasan "jihad islam" yang salah kaprah. Belum lagi yang paling parah, luka trauma dan gangguan psikis yang mereka terima pasca kejadian itu. 
Baiklah, aku tidak ingin mengurai lebih jauh biarlah hati nurani yang menjawabnya sendiri.
Pada akhirnya cerita-cerita itu mengungkap misteri yang selama ini tersimpan. Kesempatan yang ia yakini tidak pernah ada untuknya sebenarnya bukannya tidak pernah ada tetapi justru dia yang tidak pernah memberi kesempatan itu ada. Di sini kita akan belajar pemahaman dan pengertian yang berbeda tentang makna kesempatan dan kehidupan. Tere liye selalu mampu memberikan motivasi dalam kalimat-kalimat yang dirangkainya. Rangkaian kalimatnya pun menggunakan bahasa yang indah dan enak dibaca serta mudah dipahami. Masih banyak lagi buku-buku karangannya yang lain seperti "Daun yang jatuh tak pernah membenci angin", "berjuta rasanya", "negeri para bedebah", "negeri diujung tanduk" dan banyak lainnya. Aku akan membaca semuanya, ditunggu ya cerita-ceritaku selanjutnya.

Beberapa kalimat yang aku suka dari novel ini, yaitu:

Selamat pagi.
Bagiku waktu selalu pagi. Diantara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi. Pagi, berarti satu malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi; malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan dan helaan napas tertahan.