![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKPpOexFVQdFq5zvuhJ23Y0TzVcrz024-dTlG7VXlyZ98AjkpUWdFcdUm6h9YTgfgJ4KOa5gsm1GUAP-4Kn3yIsdp-_kCgkNOZZZzXTYVxOFEsf6Aa7A3ucLfv1vt7YQt7In0BeDECZhM/s320/can6tg6.jpg)
Setiap shalat, kak Aisyah akan membaca bacaan shalat dengan keras agar Delisa bisa mendengar. Selain kak Aisyah, juga ada kak Zahra (saudara kembarnya kak Aisyah) dan kak Fatimah sebagai anak sulung. Abi Delisa bekerja disebuah kapal tanker diluar negeri. Setiap 3 bulan sekali baru abinya pulang menjenguk mereka.
Delisa adalah anak yang cerdas, lincah, dan menggemaskan dengan rambut ikalnya.
Pada hari Minggu, 26 Desember 2004, tepat saat kejadian tsunami itu, Ummi Delisa mengantarkannya ke sekolah untuk mengikuti tes bacaan shalatnya. Delisa sudah mengingat bacaan-bacaannya dengan baik, meskipun masih ada yang terlupa, namun dia yakin nanti akan bisa mengingatnya. Dan tibalah gilirannya untuk maju ke hadapan gurunya. Dia mulai membaca bacaan salatnya. Saat ia tengah membacanya, tiba-tiba gempa mengguncang dan membuat orang-orang di sekitar berlarian keluar. Namun tak demikian dengan Delisa, dia tetap khusyuk menjalankan praktek salatnya. Dan meski vas bunga di meja gurunya terjatuh dan salah satu pecahannya mengenai tangannya hingga berdarah pun, dia tetap khusyuk. Dia ingat dengan cerita uztadnya tentang kisah salah seorang sahabat nabi yang saking khusyuknya ia salat, bahkan ketika seekor kalajengking menggigit pantatnya hingga bengkak, ia tetap khusyuk. Makanya Delisa juga ingin seperti sahabat nabi tersebut.
Kejadian tsunami membuat sebelah kaki Delisa buntung karena tertimpa pohon. Dan merenggut nyawa ummi dan ketiga kakaknya. Setelah kejadian itu, Delisa hanya tinggal berdua dengan abi nya. Namun meskipun ditimpa cobaan seberat itu, gadis kecil itu tetap tegar. Dia masih mampu tersenyum dan menyikapi itu semua dengan bijak. Bahkan itu adalah hal yang terkadang bagi kita sebagai orang dewasa masih susah untuk dilakukan. Delisa mengajarkan aku banyak hal. Termasuk rasa ikhlas. Keikhlasan melepas orang-orang yang kita cintai pergi. Rasanya pasti sangat sulit. Namun yang harus kita sadari bahwa kehidupan tak ada yang kekal. Kita semua akan kembali kepada-Nya. Hanya waktu nya saja yang berbeda. Makanya dalam setiap sujudku pada-Nya aku selalu meminta “semoga aku lah yang meninggalkan mereka terlebih dulu. Karna aku takkan mungkin sanggup jika harus ditinggalkan oleh mereka.”
Itu ku pinta bukan karena aku sudah merasa siap untuk mati. Jujur, aku tak pernah siap, dan selalu bertanya-tanya kapan ajalku akan tiba. Namun jika aku yang meninggalkan mereka, aku tak perlu menanggung sakitnya rasa kehilangan itu. Namun setelah membaca dan menonton kisah Delisa tersebut aku merasa malu. Gadis sekecil itu mampu merelakan dan mengikhlaskan orang-orang yang ia sayangi pergi. Tapi aku?
Dia yang belum mengerti apa itu arti keikhlasan, dia yang masih belum mengerti apa itu arti “meninggal”, dia yang masih belum mengerti apa itu kehilangan. Namun dia berusaha untuk mengerti. Keadaan yang membuatnya belajar. Keadaan yang membuat ia mengerti. Karna dia tahu bahwa Tuhan selalu ada untuknya. Tuhan menyayanginya. dan Tuhan tak akan pernah meninggalkannya.
Untuk teman-temanku yang ditinggalkan oleh orang-orang yang kalian sayangi, Be strong!
Kuncinya adalah ikhlas. Jika kita ikhlas semua akan terasa lebih mudah. Yakinlah bahwa mereka yang pergi adalah orang-orang pilihan yang telah disiapkan tempat terindah disisi-Nya. Dan kita yang ditinggalkan adalah orang-orang yang diberi kesempatan oleh Tuhan untuk memperbaiki diri. Gunakan kesempatan yang Tuhan berikan dengan sebaik mungkin. Yang mereka butuhkan bukan tangis kita atau kekecewaan kita, melainkan doa kita. Mereka yang disana tentu tak akan mau melihat orang-orang yang mereka sayangi bersedih.Selalu berdoa untuk mereka dan terus lanjutkan hidup J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar