Jumat, 27 Desember 2013

Tsunami dan Aceh

Kemarin tanggal 26 Desember adalah tanggal dan bulan yang akan selalu diingat dan dikenang oleh seluruh masyarakat Aceh. Karena pada tanggal dan bulan itu, kami merasakan duka yang begitu mendalam, walaupun tahun demi tahun berlalu tapi rasa kehilangan tetap ada, rasa ketakutan akan bencana yang sama tak lekang dalam ingatan. Kemarin setiap mesjid-mesjid dibanjiri oleh masyarakat Aceh dari berbagai daerah untuk melakukan zikir bersama, mengirim doa untuk para syuhada korban tsunami yang telah mendahului 9 tahun silam. Dan momen ini akan terus terjadi setiap tanggal 26 Desember. Tak terasa sudah 9 tahun tsunami berlalu, dulu aku masih kelas 1 SMP, aku ingat pagi itu saat gempa terjadi aku sedang menonton film doraemon. Saat merasakan gempa, aku mengira kakakku menjahiliku dengan menggoyang-goyangkan kursinya. Aku celingukan ke sana kemari tapi tak ku temukan siapapun. Dari arah dapur Mamak datang dan mengajakku lari keluar rumah. Saat itu aku begitu ketakutan karena belum pernah sekalipun aku merasakan gempa sekuat itu. Aku mengira hari itu kiamat, apalagi beberapa jam kemudian aku melihat mayat-mayat bergelimpangan. Awalnya kami mengira ada banjir bandang, karena katanya airnya merembes di jalan raya dan semakin lama semakin deras. Aku tidak pernah menyangka kalau ternyata bukan banjir tetapi gelombang tsunami yang maha dahsyat. Walaupun rumahku tidak terkena gelombang tsunami tapi kampung nenekku di Lhokruet, Sampoiniet, habis digulung tsunami, hanya menyisakan sisa-sisa bangunan tanpa atap dan tembok lagi. Saat tsunami terjadi, nenekku berada di rumah bundaku (adik bapak) di Calang, Aceh Jaya. Dan beliau meninggal, tanpa ditemukan mayatnya, begitu juga dengan bunda, oom, dan beberapa sepupuku. Ibu dan 4 orang adik bapak meninggal saat tsunami terjadi dan tidak ada satupun mayatnya yang ditemukan. Saat itu aku melihat bapak begitu berduka dan stress. Makanya sekarang kalau lebaran tiba, aku iri melihat teman-temanku bisa pulang ke kampung orangtuanya, sedangkan aku lebaran hanya bisa di rumah. Kalaupun kita pulang ke Sampoiniet hanya untuk ziarah ke kuburan kakek, dan singgah ke kebun bapak, duduk-duduk sebentar lalu kembali lagi ke Banda Aceh. Makanya kadang-kadang kalau diajak pulang ke sana aku agak malas karena harus pulang-pergi dalam satu hari.
Tsunami membawa banyak duka dan juga suka. Duka karena kehilangan banyak saudara, sahabat, teman, dan kerabat. Tapi sukanya adalah karena tsunami tidak ada lagi konflik senjata di Aceh. Aku tinggal di Banda Aceh, tapi di sekelilingku adalah Aceh Besar, ya aku tinggal di Kopelma Darussalam. Di komplekku ini terbilang aman saat konflik. Tidak ada tentara maupun GAM yang mengganggu atau datang ke rumah kami. Tapi karena kami tinggal di kelilingi Aceh Besar maka tak jarang kami mendengar kontak senjata di malam hari. Terkadang lagi enak-enak tidur, suara kontak senjata terdengar. Mamak langsung membangunkan aku dan menyuruhku untuk tiarap. Mataku seketika terbuka lebar dan langsung tiarap di lantai, jantungku dag dig dug ketakutan. Walaupun tidak pernah diganggu tapi mendengar suara kontak senjata selalu membuatku ketakutan. Apalagi dulu kita tidak pernah bisa menikmati suasana malam dengan nyaman, nggak bisa seperti sekarang dengan bebas keluar malam atau jalan-jalan malam bersama keluarga. Semua lebih memilih diam di rumah. Seperti terpenjara di kota kita sendiri. Dulu juga kalau mau ikutan lomba di majalah susah banget menangnya karena tinggal di Aceh, Band ibukota juga jarang banget mau datang ke sini. Banyak deh suka dukanya saat konflik terjadi. Walaupun aku nggak pernah tahu bahwa konflik RI dan GAM ternyata sudah terjadi selama 32 tahun. Karena aku tinggal di Banda Aceh, aku tidak pernah melihat bagaimana peristiwa konflik yang memakan korban jiwa, aku hanya mendengar kontak senjata sesekali dan demontrasi yang dilakukan mahasiswa, selebihnya bisa dibilang aman. Makanya saat perdamaian MOU Helsinki terjadi, baru saat itulah aku sadar bahwa ternyata konflik di Aceh sudah terjadi selama 32 tahun. Aku tidak pernah mengira bisa selama itu. Kemudian lagi, sukanya itu pembangunan di Aceh semakin banyak karena banyaknya bantuan-bantuan yang datang. Walaupun sedihnya juga ada. Setelah tsunami bukannya maksiat berkurang tetapi malah semakin banyak terjadi. Kadang kalau aku baca berita aku jadi malu sendiri. Aceh yang katanya kota syariat, serambi mekkah, tetapi sikap dan perilaku masyarakatnya masih banyak yang menyimpang. Salah satunya yang membuatku miris adalah masih banyak orang yang berlalu lalang saat azan magrib tiba. Saat salat jumat pun banyak warung kopi yang masih beroperasi, pintunya saja yang ditutup padahal di dalamnya masih banyak pengunjungnya, terutama laki-laki. Dan masih banyak sebenarnya perbuatan maksiat lainnya jika mau lebih peka dan membuka mata. Memang persoalan moral dan akidah susah sekali untuk dikontrol karena itu semua kembali pada setiap individu. Pemerintah boleh mewacanakan program apapun tapi jika dalam diri individunya tidak mau maka sangat sulit untuk dipaksa. Satu harapan yiatu agar kita bisa menjadi individu yang lebih baik, belajar dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain, semoga tercipta kedamaian dan kesejahteraan di Bumi Aceh dan semoga para syuhada korban tsunami bisa mendapat tempat terbaik di sisi-Nya, diterima amal ibadahnya, dan dihapuskan segala dosanya.

Minggu, 22 Desember 2013

Hari Ibu

Selamat hari ibu untuk seluruh ibu-ibu hebat di dunia. Khususnya untuk ibuku tersayang, Hj.Rosni S.Sos :)
Mamak adalah ibu terhebat sekaligus malaikat pelindung yang telah dikirim Tuhan untukku. Aku bahagia terlahir dari seorang ibu seperti beliau. Mamak yang sangat protect terhadap kami anak-anaknya. Terutama over-protect kepadaku karena aku anak bungsu dan kata mamak, aku anaknya penakut. Kebiasaan yang selalu mamak tanyakan padaku setiap mau mandi atau pergi adalah "mau kemana?" Itu pertanyaan wajib yang tidak pernah lupa beliau tanyakan. Sampai aku hafal dengan kalimat itu. Saking seringnya, aku hanya menjawab dengan simpel "Adek mau pacaran, Mak". Lalu aku nyengir dan ngeloyor pergi. Mamak juga ibu yang paling disiplin sama anak-anaknya. Dulu waktu kita masih sekolah, beliau paling nggak suka kalau kita malas ke sekolah apalagi sampai berpura-pura sakit. Beliau selalu tahu jurus-jurus "sakit pura-pura" yang aku lakukan. Dulu juga aku suka lupa sarapan pagi, alasan aku karena takut telat ke sekolah. Tapi beliau selalu punya cara supaya aku mau sarapan, yaitu dengan menyuapiku. Kalau sudah begitu, aku tidak punya alasan lagi menolak. Aku ingat saat aku diterima di SMA Labschool, mamak begitu senang, karena masuk ke situ juga atas paksaan beliau. Demi menuruti keinginan beliau aku belajar supaya bisa lulus tes masuknya. Bahkan aku rela harus sekolah dari pagi sampai sore. Padahal aku punya kebiasaan dari kecil yaitu "tidur siang". Jadi kalau sudah siang, mulai deh mulut nguap-nguap dan mata sayu-sayu. Makanya kalau pelajaran sekolahnya yang di pukul 2 siang, aku paling nggak semangat belajar, dalam hati terus aku lafalkan "ayooo dong bel keluarnya bunyi, ayo dooong".
Saat aku mengalami masa-masa paling down beberapa tahun lalu, mamak selalu mencoba menghiburku. Setiap malam, mamak akan mengajakku pergi dan keliling kota Banda Aceh, dan aku hanya duduk di dalam mobil sambil melihat keluar jendela dengan pandangan hampa. Dan setiap minggu mamak akan mengajakku ke laut karena mamak tahu aku paling suka ke pantai dan menikmati suara ombak dan suasana laut. Mamak bilang supaya aku tidak stress karena terus mengurung diri di kamar.
Happy mother's day, mom. Terima kasih untuk semua kebaikan dan kasih sayangnya. Satu impian aku adalah aku bisa lulus S1 komunikasi dengan predikat cumlaude. Supaya saat hari aku di wisuda nanti mamak bisa duduk di bangku VIP dan menemaniku menerima bungong jaroe dari rektor.
Hal ini bermula saat setahun lalu aku menemani mamak menghadiri acara wisuda kakakku satu-satunya. Alhamdulillah dia lulus sarjana hukum dengan predikat cumlaude. Hari itu aku pergi dengan mamak. Mamak duduk di barisan paling depan karena mendapat undangan sebagai tamu VIP sedangkan aku duduk di tribun bersama para orangtua wisudawan lainnya. Hari itu aku melihat mamak dipanggil ke depan untuk menemani kakakku menerima bungong jaroe dari rektor. Dari tribun aku melihat kejadian itu dengan haru dan meneteskan airmata, aku berkata dalam hati "Beberapa tahun lagi, aku juga akan berdiri di situ ditemani mamak di sebelahku dan menerima bungong jaroe dari rektor". Mulai hari itu aku berusaha belajar dan mendapat nilai-nilai yang baik agar terwujud mimpi aku itu. Memang benar, nilai bukan segalanya, bukan juga penentu kita nantinya sukses atau tidak. Tapi nilai itu aku hadiahkan untuk kedua orangtuaku agar mereka bangga dan merasa bahwa mereka telah berhasil mendidikku hingga menjadi seperti itu. Aku ingin melihat mereka bahagia dan bangga, aku ingin mereka mengatakan "Mamak sama bapak bangga sama adek" :)
Ya, aku ingin mendengar kalimat itu :)
Selamat hari ibu, mamak. Semoga mamak dan bapak suka dengan hadiah yang kami kasih, love you both, the best I ever had...

Rabu, 11 Desember 2013

Matanajwa "Gara-gara KPK"

 Topik Matanajwa malam ini (11/12/13) yaitu “Gara-gara KPK”. Dalam tayangan iini dipaparkan fakta-fakta apa yang dialami KPK selama ini, bagaimana proses penangkapan tersangka yang begitu berbelit-belit, proses penyadapan, cara penyadapannya (seperti menaruh alat sadap pada uang, alat sadap pada pembantu rumah tangga tersangka). Sampai bagaimana para tersangka yang meggunakan jasa dukun/paranormal. Bahkan pernah dalam satu persidangan, tiga orang jaksa yang dihadirkan KPK tidak bisa berbicara saat proses persidangan tersebut berlangsung. Pada waktu itu, mantan Ketua KPK sampai harus meminta bantuan paranormal juga untuk menanggulangi masalah tersebut. Kemudian ada juga yang menyuruh dukun untuk meyantet mantan Ketua KPK. Bahkan menurut security KPK, ada yang datang ke gedung KPK dan menabur garam di lantainya, konon katanya dengan melakukan hal itu maka tersangka bisa terbebas dari jeratan kasusnya. Banyak kelakuan aneh para tersangka, kelakuan aneh itu juga mereka lakukan saat proses penyidikan, ada yang berbicaranya harus melihat ke samping kanan, atau cara duduknya diatur sesuai perintah “you know lah”, dan banyak hal aneh lainnya. Juga ada petugas KPK yang sengaja ditabrak hingga patah kakinya. Menurut Bambang Widjayanto, selama dia menjabat sebagai Wakil Ketua KPK, praktis aktivitasnya hanya di Kantor dan di rumah. Dia bahkan tidak pernah lagi menghadiri acara-acara sosial seperti kondangan bahkan kondangan ke tempat keluarga dekatnya sendiri. Alasannya, karena dalam acara itu pasti ada acara foto-foto bersama, ditakutkan dengan kecanggihan teknologi sekarang yaitu teknik cropping, takutnya fotonya nanti akan di crop dan dijadikan alat utuk menjerumuskannya. Begitu banyak rintangan menjadi petugas KPK, bahkan nyawa seakan berada diujung tanduk. Identitas para penyidik KPK pun dilindungi, karena harga kepalanya sangat tinggi. Para koruptor sekarang semakin pintar dengan menggunakan sistem operandi yang semakin canggih bahkan memakai jasa akuntan dan tenaga profesional, bekerja cepat utuk menghilangkan barang-barang bukti. Sehingga para penyidik KPK pun bekerja dengan kecepatan waktu, kadang tidak pulang hingga berhari-hari untuk mengumpulkan barang bukti.

Catatan Matanajwa:

1.       Kelangsungan KPK patut disyukuri, berkali-kali digembosi tapi tetap tegak berdiri
2.       Aksi sadapnya mengecutkan nyali, tersangkanya berujung jeruji besi
3.       Anggarannya pernah dipersulit, personilnya dikriminalisasi dan diotak-atik
4.       Semakin keras KPK dikerdilkan, semakin lantang rakyat menyelamatkan
5.       Inilah organisasi yang mengukir wibawa, karena kerja nyata dan bukan citra
6.       Kita perlu terus menjaga, agar KPK tidak dicemari kepentingan peguasa
7.       Bekerja lurus karena bukti, tidak didorong benci atau politik pribadi
8.       KPK selalu bisa tergelicir salah, setiap itu pula rakyat datang memberi arah
9.       Menjadi institusi yang tak boleh kalah, lebih wajib dibela bukan dibuat lemah.

Senin, 09 Desember 2013

Hari Anti Korupsi

Hari ini (katanya) hari anti korupsi sedunia. hmmm, korupsi adalah topik yang paling sering kita dengar di Indonesia saat ini. Setiap menonton tayangan news, selalu ada saja kasus-kasus korupsi baru. Seakan korupsi itu menjadi sesuatu yang dihalalkan atau sesuatu yang sedang menjadi trend sehingga tidak heran semua pejabat melakukannya secara berjamaah. Sulit memang dengan sistem hukum di negara kita yang begitu lemah saat ini untuk menegakkan kasus-kasus itu dengan seadil-adilnya. Karena selama ini faktanya kasus-kasus korupsi yang terungkap kebanyakan hanya ikan-ikan kecil saja, walaupun ada beberapa ikan besarnya. Tapi banyak sekali "ikan-ikan besar" lainnya yang tidak tersentuh hukum. Ya, memang dimanapun tempatnya, yang kaya selalu aman. Untuk mengatasi korupsi memang sulit sekali, tapi mulailah dari diri kita sendiri, terutama para generasi muda. Jika merubah generasi tua begitu sulit maka mulailah untuk merubah yang muda, dengan melakukan "character building". Ayo tanamkan dalam diri kita rasa malu mengambil milik orang lain. Mulai dari sekarang, tumbuhkan rasa malu untuk tidak mengambil "apapun" milik orang lain tanpa seizin orang tersebut. Budayakan rasa malu, tanamkan nilai dan moral yang baik pada generasi muda. Sebenarnya penyebab orang-orang korupsi ada beberapa hal. Pertama, rendahnya moral sehingga tidak ada rasa malu ketika mengambil sesuatu yang bukan hak dan miliknya. Kedua, karena dorongan ekonomi untuk dapat hidup yang lebih baik. Ketiga, dorongan istri dan anak (bagi yang sudah menikah), dorongan-dorongan itu yang menjadi motif awal seseorang melakukan korupsi, karena tuntutan-tuntutan istri dan anak yang berlebihan, minta beli ini dan itu, yang akhirnya membuat seseorang itu melakukan korupsi untuk membahagiakan keluarganya. Banyak juga hal lain sebenarnya. Kita jangan selalu menyalahkan pemerintah ataupun hukum yang begitu lemah, tapi kita sebagai masyarakat juga harus ikut andil dalam membantu pemerintah. Kalau seandainya semua orang berperilaku baik, bermoral, dan tahu malu, maka tidak akan ada para koruptor di muka bumi ini. Selamat hari anti korupsi, semoga semua koruptor di negeri ini mendapat hidayah dan segera bertaubat. Semangat untuk para aparatur yang menjalankan tugasnya menangkap para koruptor supaya lebih jujur dan amanah :)

Minggu, 01 Desember 2013

Resensi dan Kritik Film "Batas"

Minggu kemarin, aku mendapatkan tugas midterm Penulisan Kreatif untuk menonton film Batas dan membuat reportase, resensi, dan kritik tentang film tersebut. Untuk reportasenya sendiri tidak begitu rumit memang, karena dulu sempat magang jadi wartawan. Tapi untuk urusan menulis resensi dan kritik adalah persoalan baru buat aku. dari semua tulisan artikel, hanya opini dan feature yang pernah beberapa kali aku tulis. Sedangkan untuk resensi dan kritik belum pernah sekalipun. Tentunya juga bukan perkara mudah untuk aku pribadi menilai sebuah film. karena setiap orang punya sudut pandangnya masing-masing. Dan karena bisa tidak bisa tugas harus tetap dibuat, maka inilah dia hasilnya, jreng jreng jreng jreng...

RESENSI FILM BATAS
Judul : Batas
Produser : Marcella Zalianty
Sutradara : Rudi Soedjarwo
Penulis : Slamet Rahardjo
Pemain            : Marcella Zalianty, Arifin Putra, Piet Pagau, Jajang C Noer, Ardina Rasti, Otiq Pakis, Norman Akyuwen, Marcell Domits, Alifyandra, Tetty Liz Indriati.

Antara Keinginan dan Kenyataan


Batas merupakan film yang menceritakan tentang seorang perempuan yang bernama Jaleswari, yang begitu ambisius dan totalitas dalam bekerja. Dia berani ditugaskan ke daerah pelosok Kalimantan yang terisolir dengan kondisi yang sedang hamil. Hal ini juga dilakukan untuk pelariannya melupakan kematian suami yang dicintainya, hingga ia berani mengambil segala resiko yang mungkin akan terjadi selama ia berada dalam daerah penugasan. Misinya yaitu untuk mencari tahu apa yang menjadi kendala sehingga program Corporate Social Responsibillity (CSR) di bidang pendidikan yang dilakukan oleh perusahaan tempatnya bekerja tidak berjalan dengan baik dan maksimal di Borneo, daerah perbatasan di pedalaman Kalimantan. Semua guru yang telah dikirim ke daerah perbatasan tersebut oleh perusahaannya, kembali lagi ke Jakarta dan hal ini berpengaruh terhadap proyek yang sedang dia jalankan. Hanya Adeus yang bertahan menjadi guru di sana, itupun karena dia adalah pemuda asli daerah itu. Untuk itulah, Jaleswari ditugaskan ke daerah tersebut untuk terjun langsung melihat sendiri apa yang terjadi sehingga program CSR perusahaannya tidak berjalan lancar. Kehidupan di pedalaman Kalimantan yang terisolir sangat jauh berbeda dengan kehidupannya di  Jakarta yang serba modern. Selain itu, masyarakat di sana juga memiliki cara pandang yang berbeda dalam memaknai arti garis perbatasan. Masyarakat Borneo lebih mementingkan anak-anaknya untuk bekerja daripada memperoleh pendidikan. Dengan segala kekurangan yang mereka miliki, mereka dihadapkan oleh sebuah perasaan apakah harus tetap tinggal di daerah kelahiran ataukah melewati batas perbatasan Indonesia-Malaysia untuk merasakan surga yang ditawarkan negara tetangga, ideologi bangsa pun diuji. Apalagi dengan batas teritori yang hanya ditandai dengan plang kecil, tanpa adanya pengawasan atau  monitor dari pemerintah, sehingga sangat mudah bagi mereka untuk keluar masuk perbatasan. Selama di sana, Jaleswari mengerti bahwa sistem pendidikan yang diinginkan perusahaannya tidak sesuai dengan keinginan masyarakat setempat.  Dia juga mengalami konflik batin saat berhadapan pada masalah kemanusiaan yang terjadi di daerah itu ataukah hanya terfokus pada misi awalnya yang ditugaskan oleh perusahaan. Persoalannya adalah masyarakat di sana lebih memilih bekerja daripada harus mengenyam pendidikan. Apalagi di sana ada Otik, salah seorang warga Borneo yang menginginkan warga di desa itu tetap bodoh, agar ia bisa dengan leluasa menjual perempuan-perempuan di tempat itu ke negara tetangga. Namun kehadiran Jaleswari yang penuh semangat dan optimistis telah membakar semangat anak-anak di sana, khususnya Borneo, untuk belajar. Tidak hanya itu, ia juga menularkan semangatnya pada Adeus, juga pada Panglima Galiong Bengker (Kepala Suku Dayak) untuk membuat warganya berpendidikan. Film ini juga mengajarkan tentang ideologi, bahwa realitanya banyak masyarakat Indonesia yang hidup di daerah perbatasan,  kemudian tergiur untuk hidup merantau ke negara sebelah yang lebih menjanjikan. Persoalannya adalah seberapa kuatkah kita untuk bertahan antara keinginan dan kenyataan. Selain itu film ini juga menampilkan sebuah daerah di pedalaman Kalimantan yang masih begitu kuat dengan nilai-nilai tradisional dan adat-istiadat yang kental, jauh dari peradaban dan kemajuan, dengan keterbatasan sarana dan prasarana, khususnya sarana pendidikan. Sebuah gambaran masyarakat dengan kondisi pendidikan yang sangat rendah. Para orangtua terkesan seperti membiarkan anak-anaknya tumbuh tanpa pendidikan, menganggap bahwa bekerja lebih penting daripada belajar, sebuah pemikiran yang sangat berbeda dari masyarakat kota. Tentunya mengubah cara pandang masyarakat yang seperti itu bukanlah hal yang mudah, butuh proses yang tidak sebentar dan tentunya dibutuhkan kesabaran dan pemahaman. Karena untuk bisa memahami orang lain maka harus dipahami dahulu cara berpikir orang tersebut. Padahal banyak anak di sana yang sebenarnya memiliki semangat untuk belajar dan bercita-cita tinggi, seperti Borneo misalnya, yang bercita-cita ingin menjadi presiden. Namun dengan kondisi daerah yang demikian, mereka tidak memiliki pilihan selain melakukan apa yang diharapkan orangtuanya. Terakhir adalah film Batas ini memiliki makna batas yang beragam. Batas berarti sejauh mana batas seorang Jaleswari dalam mengenal lingkungan yang baru ia tinggali dan beradaptasi dengan segala perbedaannya, kemudian juga ada Adeus yang harus berhadapan dengan batas kemampuan dirinya dalam menghadapi masalah yang datang dari Otik, antara ingin memperjuangkan keinginan anak-anak untuk belajar ataukah menyerah pada tekanan-tekanan yang diberikan Otik untuk menghentikan langkahnya tersebut. Batas berarti  masyarakat yang hidup di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia. Batas berarti hidup dalam keterbatasan pendidikan, sarana-prasarana maupun fasilitas. Batas berarti keterbatasan untuk memilih antara keinginan atau kenyataan.  Dan batas berarti betapa budaya dan adat istiadat menjadi batas dalam menjalani hidup. Secara keseluruhan, batas menggambarkan bagaimana sekelompok orang yang berusaha untuk keluar dari batas kenyamanan diri mereka ketika dihadapkan pada sebuah tantangan maupun permasalahan supaya bisa terselesaikan dengan segera. 


KRITIK

Batas Tak Berarti Terbatas
Jaleswari suatu ketika ditugaskan oleh pimpinan perusahannya untuk menyelidiki penyebab gagalnya kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan mereka di sebuah daerah terpencil di perbatasan Kalimantan.  Dengan durasi tayangan yang hampir mencapai dua jam, Batas mencoba menceritakan mengenai banyak hal. Sejak awal, film ini diceritakan dengan begitu kompleks, dengan berbagai kasus, mulai dari menceritakan sosok Jaleswari dengan semangat dan optimistisnya, kemudian juga ada cerita daerah perbatasan Kalimantan yaitu wilayah Entikong, yang begitu terisolir dengan kualitas pendidikan yang begitu memprihatinkan, kemudian juga pemikiran masyarakat di sana bahwasanya anak-anak lebih baik bekerja daripada belajar. Lalu ada Otik, seorang warga Borneo yang menginginkan warga-warga  di sana agar tetap bodoh dan apatis terhadap pendidikan, supaya memuluskan jalannya untuk bisa memperjualbelikan para wanita di wilayah itu ke negara tetangga.  Juga ada Adeus, satu-satunya guru di Desa itu yang merasa  tertekan dengan ancaman dari Otik yang melarangnya untuk mengajar anak-anak di desa tersebut. Ada masalah Kepala Adat Dayak dan mantan istrinya yang hubungannya sudah tidak rukun lagi sejak kematian anaknya, dan terakhir tentang misteri kejadian yang dialami Ubuh, wanita misterius yang ditemukan warga setempat di Hutan dengan luka traumatiknya yang luar biasa. Film ini menceritakan banyak sisi dan begitu kompleks. Dan untuk menceritakan rangkaian konflik tersebut dengan lancar tentunya bukanlah hal yang mudah. Beberapa kali “Batas” terlihat seperti kehilangan fokus dalam penceritaannya. Dari satu cerita beralih ke cerita yang lain, dan perlahan-lahan setiap misteri dan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dibenak penonton yang melihat film ini mulai terbuka dan terjawab. Walaupun saya merasa ada sedikit kebingungan dalam memaknai beberapa adegan dikarenakan ceritanya yang memuat beberapa sudut pandang, sehingga ada beberapa plot yang seakan tidak terselesaikan dengan baik. Walaupun begitu, sutradara film ini, Rudi Soedjarwo, mampu menghadirkan susunan cerita yang kuat dan menarik dengan menampilkan balutan gambar-gambar dengan panorama alam Entikong yang indah, adegan para tokoh yang begitu menjiwai setiap peran yang dimainkannya, mampu membuat penonton terhibur dan hanyut ke dalam alur cerita tersebut. Keunggulan dari film ini adalah walaupun cerita ini bukan berdasarkan kisah nyata, namun konflik yang dimunculkan dalam film ini merupakan fenomena atau realita yang kerap terjadi di wilayah perbatasan Kalimantan. Tentang nilai dan adat istiadatnya, sistem pendidikannnya, daerah yang terisolir dan jauh dari peradaban dan sentuhan kemajuan, serta tentang ideologi bangsa yang sering terkalahkan dengan realita bahwa masyarakat di wilayah perbatasan tersebut ingin hidup lebih baik dengan merantau ke negara tetangga yang lebih mampu menawarkan apa yang tidak mampu ditawarkan negaranya sendiri.

Selasa, 19 November 2013

Open-Minded

Malam senin lalu (17/11/2013), digelar acara Grand Final pemilihan Duta Wisata Indonesia di Gedung AAC Dayan Dawood, dimulai pada pukul 19.30 wib. Sejak pukul 7 aku sudah sampai di gedung tersebut. Sebenarnya nggak ada rencana juga untuk pergi, karena awalnya teman aku bilang kalau acaranya akan diadakan di hermes hotel. Tapi tiba-tiba aja teman aku bbm kalau ternyata acaranya di gedung AAC Dayan Dawood dan MC nya itu Indra Bekti, makin semangat dong mau nonton, apalagi juga jaraknya nggak jauh dari rumah. Acara ini dihadiri oleh duta-duta wisata dari daerah lainnya juga dan kali ini giliran Aceh yang berkesempatan menjadi tuan rumahnya. Yang paling menarik adalah saat Ketua Umum Yayasan Duta Wisata Indonesia membuka acara tersebut. Dia bercerita tentang daerahnya yaitu Bali, yang setiap tahunnya dikunjungi oleh para wisatawan sekitar 7 juta jiwa, sedangkan jumlah penduduknya sendiri hanya sekitar 3,5 juta jiwa. Tanpa perlu melakukan promosi pun para wisatawan akan selalu datang membanjiri Bali. Hal ini yang paling utama disebabkan karena masyarakat Bali yang terbuka terhadap para pendatang.
Mendengar itu, aku tahu bahwa inilah yang sampai saat ini menjadi kendala bagi Aceh untuk bisa menjadi destinasi wisata khususnya wisata bahari. Padahal tempat-tempat wisata bahari di Aceh tidak kalah cantiknya, seperti yang terkenalnya Sabang, pantai Lampuuk, atau Lhoknga. Tapi masih banyak tempat wisata bahari lainnya yang nggak kalah cantiknya. Seperti pantai Pasir putih, air terjun Lhoong, Danau Laut Tawar, Pulau Bunta, dan banyak lainnya. Daerah Wilayah Barat Selatan juga tidak kalah terkenal dengan wisata baharinya. Dulu sebelum tsunami, saat rumah nenekku di daerah Aceh Jaya masih ada, aku paling suka bermain ke pantai, menikmati suasana pagi dan sunsetnya. Apalagi pantai di sana (dulu) masih begitu alami, belum terjamah oleh tangan-tangan manusia. Pantainya bersih dari sampah, airnya biru, pasirnya putih. Suara ombaknya terdengar sampai ke rumah nenek, I really miss the moment :(

Nah, balik lagi ke statement Bapak itu, aku kembali teringat bahwa yang menjadi kendala yang membuat banyak orang merasa enggan ke Aceh adalah karena kurangnya keterbukaan masyarakat terhadap budaya-budaya barat/asing. Hal ini bisa dilihat ya, kalau ada orang-orang yang agak berbeda dari kita, katakanlah tidak menggunakan jilbab atau melihat turis asing pasti langsung dilihatin kayak sesuatu yang "aneh" atau "berbeda". Kadang fenomena ini sendiri membuat aku bingung, apalagi kalau ada orang-orang di sekitar aku yang melakukan hal itu, maksud aku ya zaman sudah modern tapi kok masih mempermasalahkan hal-hal seperti itu. Bagus dong kan kalau banyak turis yang datang jadi bisa menambah pemasukan daerah, juga menjadi momen untuk kita memperkenalkan budaya-budaya Aceh kepada orang luar. Selain itu juga banyak rumor negatif tentang Aceh. Ada teman dekat aku, Mila, dia anak Medan. Dia mendengar kalau di Aceh itu ada petugas Wilayatul Hisbah (WH) yang bertugas untuk menangkap orang-orang yang berpakaian ketat dan tidak menggunakan jilbab. Makanya saat dia melanjutkan kuliah di sini, dia datang dengan menggunakan pakaian yang (maaf-maaf kata nih) seperti emak-emak tahun 1980-an :D 
Hal ini juga sempat aku tanyakan padanya tentang pakaian yang "you know lah", dan dia bilang karena takut ditangkap WH makanya menggunakan pakaian seperti itu. Memang banyak orang luar yang berpikiran seperti itu, tapi kenyataannya di Aceh kami memang memakai jilbab dan menutup aurat tapi tetap bisa bergaya modis ala-ala hijabers. Mungkin terakhir yang bisa aku bilang bahwa sebaik atau sebagus apapun strategi yang dilakukan pemerintah dalam menarik wisatawan datang ke Aceh, jika kendala utamanya (masyarakat yang tidak open-minded) masih belum bisa dihilangkan maka agak sulit untuk meningkatkan jumlah wisatawan. Karena ketika kita datang ke suatu tempat yang paling menyenangkan adalah selain bisa menikmati suasana di tempat tersebut, juga keramahan dan keterbukaan masyarakatnya yang menjadi daya tarik tersendiri.

Sabtu, 02 November 2013

Relaksasi dengan Musik Instrumental

Hari minggu adalah waktunya buat bersantai, melepas penat setelah seminggu sibuk beraktivitas. Nah, mau tahu cara supaya bisa relaks di akhir pekan? Caranya mudah kok, diikutin ya tips dari aku :)
Pertama-tama kamu siapkan segelas coklat hangat, lalu kamu putar lagu-lagu instrumental seperti lagu-lagunya Yiruma, atau lagu instrumental lainnya. Ada beberapa yang bisa aku rekomendasiin buat kamu, tentunya musik-musik instrumental yang suka aku dengar saat bersantai. Seperti, musik Yiruma yang "My heart I give to you", beneran ya ini musik menyayat banget, buat kamu yang sedang menyukai seseorang memang pas banget sama lagu ini, ngena banget, serius. Pertama kali mendengar musik instrumental yang satu ini, aku langsung merinding. Lalu yang berikutnya masih lagunya Yiruma juga yang judulnya "love me", "maybe", "hold my hand", "hope", "river flows in you", "If I could see you again". Juga ada musik yang jadi backsound di film winter sonata yang judulnya "my memory". Selanjutnya, aku juga suka lagunya Christina Perri "a thousand year" yang versi pianonya, tadi baru aja aku dengar di youtube, lebih menyayat mendengar musik tanpa lirik ternyata, walaupun kita nggak bisa mendengar kalimat-kalimat yang menyentuh, tapi irama, nada, denting-denting piano bisa menyampaikan pesan-pesan yang tersirat di dalamnya. Sangat memanjakan telinga. Coba deh kamu cari posisi duduk yang enak, di atas kursi santai sambil selonjoran, hembusan angin membelai-belai pipi, kamu putar musik-musik ini sambil sesekali menyeruput coklat hangat yang sudah kamu buat, lalu coba kamu pejamkan mata selama mendengar musik-musik itu, kamu hayati setiap nada yang ada, dan kamu akan bisa merasakan kedamaian dan ketenangan yang luar biasa. Kegiatan ini yang sering aku lakukan kalau lagi nggak ada kerjaan, karena aku juga penikmat lagu, jadi kapanpun kalau nggak ada aktivitas, aku selalu menghibur diri dengan mendengar musik, karena mendengar musik merupakan salah satu cara melepaskan segala kepenatan dalam diri. Rasa bosan, sedih, penat, hampa, menguap entah kemana. Musik juga yang menjadi teman di saat kesepian di rumah. Karena kalau sendirian di rumah, kadang aku suka parno sendiri. Jadi supaya nggak merasa takut dan rileks, biasanya aku mencoba menghibur diri dengan memutar musik. Okay deh, segitu aja ya, bisa dicoba guys tipsnya, semoga bermanfaat, happy weekend :)


Malam minggu dan Yiruma, hubungannya apa??? _-_

Selamat malam minggu buat semua pasangan yang merayakan dan buat yang stay di rumah aja juga selamat ya, selamat menonton, atau selamat membaca, atau selamat tidur, atau selamat datang di blog aku :)
Sebenarnya sama aja sih malam minggu atau malam-malam lain, terutama bagi yang single tentunya biasa aja, nothing special. Mungkin kalau dulu waktu masih sekolah, yang bikin senang dari malam minggu ya karena besoknya bakal libur jadi bisa begadang dan bisa bangun telat pastinya :)
Tapi karena aku sekarang sudah menjadi mahasiswi tingkat akhir, yang mata kuliah tinggal tiga lagi dan sedang kebingungan nyari judul skripsi, tentunya nggak ada bedanya antara malam minggu atau malam lain, karena setiap hari bisa begadang dan bangun telat, nggak harus menunggu hari minggu datang. Jadi daripada malam ini nggak tahu ngapain, mending aku menulis di blog. Manfaatnya apa? Pertama, bisa melatih kecepatan tangan mengetik di layar iPad. Kedua, bisa menari-narikan tangan untuk merangkai kata-kata yang sekarang sedang aku pikirkan. Ketiga, untuk menyemakkan blog sendiri dengan hal-hal nggak penting untuk kalian baca, tapi begitu menyenangkan buat aku. Karena menulis adalah salah satu dari sekian banyak hal yang aku sukai. Menulis membuat lidahku bergerak untuk mengucapkan kalimat-kalimat yang sedang aku tulis, membuat telingaku dimanja dengan rangkaian kalimat yang dilafalkan mulutku, menyehatkan mataku untuk melihat setiap baris kalimat yang telah aku tuliskan. Topik yang mau aku bahas malam ini adalah about "Yiruma". Kalian pernah mendengarnya?? Dia adalah seorang pianis dan komposer internasional yang populer dari Korea Selatan. Yiruma adalah nama panggung dari I Ru-ma, lahir 15 februari 1978. Nama Yiruma dalam bahasa Korea berarti "aku akan mencapai". Dia mulai bermain piano saat berusia lima tahun, dan pindah ke London saat berusia 11 tahun untuk belajar di School of Music Purcell. Setelah itu, ia melanjutkan aspirasi musiknya dan menyelesaikan komposisi utama dari King College London pada bulan Juni 2000. 
Nah, kenapa malam ini tiba-tiba aku cerita tentang Yiruma? karena beberapa hari ini aku mulai menyukai lagu-lagu instrumental yang dia mainkan. Denting-denting suara pianonya begitu merdu, lembut, dan menyentuh. Walaupun cuma alunan musik yang terdengar dan tanpa kalimat-kalimat puitis, tapi pesan dari lagu-lagu yang dia mainkan bisa tersampaikan dengan sangat baik. Setiap mendengar lagu-lagunya Yiruma, seperti ada yang menyanyikan lagu selamat tidur untukku, mata perlahan-lahan mulai menutup dan terlelap. Makanya aku suka banget mendengar lagu-lagunya Yiruma akhir-akhir ini. Beberapa dari lagunya yang ada di playlist aku, seperti River flows in you, hope, hold my hand, a walk in the forest, dan maybe. Sebenarnya masih banyak judul-judul lainnya tapi belum sempat aku download. Tapi beneran enak loh musiknya, bisa coba di download deh :)

Kenapa aku bisa tiba-tiba suka sama lagu-lagu instrumental? Jadi ceritanya, aku sedang mencari-cari lagu yang bisa jadi backsound buat film pendek yang kelompok aku sedang garap. Setelah beberapa hari pencarian, jadi ketemulah sama lagu ini dan ternyata memang lagunya enak, mellow gallow swallow jadinya haha :)

Sabtu, 26 Oktober 2013

Kisah Maman menginspirasiku :)

Dan... Besok kita mulai take gambar, full seharian dari pagi hingga malam, sampai selesai aktivitas narasumber. Jadi film yang mau kita buat ini bercerita tentang perjuangan seorang anak lelaki berusia 15 tahun yang sudah bekerja menjual kantong-kantong plastik sejak masih kecil. Setelah lulus SD, dia tidak bisa lagi melanjutkan sekolah karena tidak adanya biaya. Sejak saat itu, dia mulai bekerja untuk membantu keluarganya. Selain menjadi penjual kantong plastik di pasar ikan, siangnya setelah selesai berjualan, dia pergi menangkap ikan untuk kemudian dijual lagi. Semua pekerjaan dilakukannya untuk mendapatkan uang. Mengapa aku bisa mengenal anak hebat ini? Aku mengetahui cerita tentang anak ini setahun lalu dari mamaku. Mama mengenalnya di pasar ikan saat anak itu menjual kantong plastiknya pada mama. Sejak saat itu, setiap bertemu mama di pasar, dia langsung menarik tangan mama dan meminta supaya mama membeli kantong plastiknya. Dia juga sempat beberapa kali menceritakan kisah hidupnya pada mamaku. Mama penasaran kenapa dia tidak bersekolah dan malah berjualan kantong. Dari situlah mengalir cerita-ceritanya itu. Jadi makanya setiap berjumpa dengan anak itu di pasar, mama pasti selalu membeli kantong plastiknya atau sekedar memberi uang jajan pada anak itu, bukan karena butuh plastik tetapi karena rasa simpati. Di rumah, mama mulai menceritakan tentang anak itu kepada kami, bagaimana semangatnya bekerja, perjuangannnya menjadi tulang punggung keluarga hingga mengorbankan cita-citanya untuk bersekolah. Sebenarnya dia sangat ingin bersekolah lagi, namun dia bilang "pengen sekolah, tapi buat apa kalau setelah dua hari bersekolah lalu tiba-tiba harus berhenti karena nggak ada uang lagi, jadi lebih baik kerja saja jadi uangnya bisa dikasih untuk mamak. Kasian mamak nggak ada uang." Makanya waktu di suruh buat film, aku teringat kembali tentang anak kecil yang mamaku cerita. Aku begitu tergugah mendengar perjuangan dan semangat anak lelaki itu, sampai tak tahan airmata mengalir saat mendengar mama bercerita tentangnya. Jadilah hari kamis kemarin, aku mengajak teman-teman kelompokku untuk mencarinya di pasar ikan, Peunayong. Namun ternyata hari itu dia tidak datang. Tapi kami tak menyerah. Aku dan Zumar pergi mencari rumahnya dengan hanya bermodalkan nama desanya dan informasi bahwa dulu abangnya itu meninggal karena jatuh ke dalam sumur. Bahkan namanya saja aku belum tahu, karena waktu aku menanyakannya pada mama rupanya mama lupa menanyakan nama anak itu. Setelah bertanya ke sana kemari, untungnya ada seorang bapak paruhbaya yang berbaik hati mengantar kami ke rumah neneknya anak itu. Awalnya bapak itu sempat sangsi karena kami tidak tahu siapa nama anak itu. Namun karena kami bilang dulu abangnya ada yang meninggal jatuh ke dalam sumur jadi dia mulai tahu. Setelah dia mengantarkan kami ke rumah nenek anak itu, kami berjumpa dengan pamannya anak itu. Pamannya lah yang kemudian mengantarkan kami ke rumah anak itu. Dari pamannya lah kami tahu bahwa anak itu bernama Maman. Lalu pamannya menunjukkan jalan ke rumah Maman. Lumayan jauh juga jarak antara rumah Maman dengan jalan besar. Jalanan ke rumahnya tidak bagus dan berbatu. Sesampainya di rumah Maman, kami melihat rumahnya hanya sepetak yang terbuat dari kayu. Kondisinya agak memprihatinkan. Namun Maman tidak ada di rumah. Rupanya dia sedang memancing ikan di kolam yang tak jauh dari rumahnya. Sambil menunggu Maman pulang, kamipun berbincang-bincang dengan kedua orangtuanya. Ternyata hari itu Maman memang tidak berjualan kantong di pasar tetapi sedang memancing ikan, hasil tangkapannya nanti akan dijual olehnya untuk mendapatkan uang. Mendengar itu, aku kembali teringat pada cerita mamaku tempo hari saat terakhir kali bertemu Maman di pasar. Mama bertanya mengapa jarang sekali melihat Maman berjualan plastik di pasar. Lalu Maman bilang kalau dia tidak pergi karena tidak ada ongkos naik angkutan umum. Karena tahu sendiri kan biaya hidup di Aceh bisa dibilang lebih mahal dibandingkan daerah-daerah lain. Ongkos angkutan umum dari rumahnya ke pasar aja bisa sampai 7000, pulang pergi jadi 14000. Bayangkan biaya naik angkutan umum aja bisa semahal itu, makanya kadang kalau nggak ada uang untuk naik angkutan umum, dia hanya mendapat uang dari memancing. Nanti kalau sudah ada uang lagi buat ongkos baru pergi lagi berjualan ke pasar. Hari itu, Maman mengajak temannya untuk ikut memancing bersamanya. Dia bilang supaya temannya itu juga bisa punya uang sendiri dan bisa meringankan beban orangtuanya juga. Betapa baik ya hati Maman. Kadang-kadang juga katanya kalau ada ibu-ibu yang tidak mampu meminta ikan hasil tangkapannya akan diberikan secara cuma-cuma. Dia hidup kekurangan tapi masih suka berbagi dengan orang lain. Ironis memang hidup ini. Banyak orang yang bergelimang harta tapi begitu takut memberi pada yang membutuhkan. Tapi Maman yang tak punya apa-apa masih suka memberi dan menolong orang lain. Di sore hari, dia juga selalu pergi mengaji bersama teman-temannya. Jadi walaupun hidup kekurangan tapi Maman tetap dekat dengan Tuhan. Nilai-nilai agama masih tertanam kuat dalam dirinya. Hal yang sangat jarang ditemukan pada orang-orang yang tinggal di kota. Makanya aku semangat banget untuk membuat film tentang Maman ini karena kisah hidupnya yang sangat menginspirasiku. Dan semoga kalau film ini nantinya selesai digarap, juga bisa menginspirasi banyak orang untuk menyukuri dan menerima apa yang telah diberikan Tuhan, baik dan buruknya. Satu kata yang paling aku sukai dan akan aku sisipkan di kata penutup film ini adalah "karena manusia ada, dilihat dari seberapa besar manfaatnya bagi orang lain". Yup, aku suka sekali kalimat itu, karena eksistensi kita sebagai manusia dianggap ada tergantung pada seberapa besar manfaat kita bagi orang lain, makanya sering-seringlah menolong orang lain dan berbuat kebaikan karena dengan begitu kita dianggap ada dan istimewa :)

Rabu, 23 Oktober 2013

Videografi itu Makanan Apa sih???? _-_

Yang paling menyebalkan dari semester tujuh ini adalah ada mata kuliah "videografi". Demi apapun aku nggak suka yang namanya ngambil gambar, take ini take itu, ribeeeeet bet bet.
Semester kemarin yang cuma buat iklan aja capeknya setengah mati, dari pagi buat sampai sore nggak siap-siap, parahnya lagi dosennya minta kita yang jadi modelnya. Di suruh ngomong, akting depan kamera, asli bego, kapok sekapok-kapoknya. Memang dibalik layar itu lebih enak. Dan semester ini dapat lagi mata kuliah "videografi". Dari namanya aja udah bau-bau disuruh buat film, dan tebakan Anda benar sekali. Kenapa saya nggak suka buat film? Pertama, saya bukan orang yang kreatif terutama soal "ide". Kedua, saya nggak paham soal teknik pengambilan gambar, walaupun semester kemarin udah ngambil mata kuliah fotografi tetap aja nggak ngerti soal ISO, diafragma, speed. Kalo soal teorinya doang sih ngerti, tapi yang Anda harus tahu adalah teori dan praktek itu jauuuuuuuuuuh banget bedanya. Anda boleh jadi pintar banget teori tapi belum tentu dalam prakteknya Anda bisa sepintar di teori. Pengalaman ini aku rasain banget waktu belajar jurnalis di Muharram Journalism College (MJC) setahun yang lalu. Karena aku suka nulis jadi aku memilih mengambil kelas cetak dibanding televisi, karena kayak aku bilang tadi kalau aku agak gaptek kalau berhubungan sama kamera. Waktu belajar teorinya enak banget, seru rasanya jadi tahu banyak tentang dunia jurnalis. Tapi begitu mulai magang jadi wartawan dan ditempatin di media mulai deh kebingungan. Kebetulan aku ditempatin di media cetak Analisa. Teman-teman yang lain semuanya ditempatin di media online, kadang suka ngiri liat mereka mudah banget dinaikin beritanya. Lah, aku telat ngirim dikit aja sudah lewat nggak bisa dimuat lagi. Dan selama 2 minggu aku magang di situ, cuma 11 kali aku mengirim berita dan cuma 5 berita yang dimuat. Dapatin berita segitu rasanya perjuangan banget. Pertama, aku bukan orang yang suka ngukur jalan (jalan-jalan nggak jelas). Kedua, aku nggak punya insting wartawan yang kalau liat sesuatu langsung deh dijadiin berita. Ketiga, aku nggak dikasih ngeliput berita-berita ceremonial atau berita yang sedang diliput oleh wartawan lainnya, bingung nggak tuh? Jadilah selama magang, aku mikirin masalah apa kira-kira yang bisa aku angkat ke publik. Dan rata-rata yang dimuat soal "masalah ekonomi masyarakat kecil".
Makanya aku bilang antara teori dan praktek itu sangat jauh berbeda. Pintar teori belum tentu akan pintar juga dalam prakteknya, begitu juga sebaliknya. Dan besok rencananya kita mulai ngambil gambar tapi masalahnya anak cowoknya pada mau main futsal jadilah kami (anak-anak cewek) yang harus ngambil gambar. Apa yang harus kami lakukan dengan kamera dan tripod besok? I dont know, we will see :(

Sabtu, 14 September 2013

Virus Gadget dari Orang Dewasa hingga Anak-anak

Gadget tidak hanya akrab di kalangan remaja maupun mahasiswa tetapi anak-anak pun tidak kalah. Jika seseorang sudah kecanduan gadget bisa dipastikan intensitasnya di dunia nyata menjadi berkurang. Coba kalian perhatikan saat kalian sedang berkumpul bersama teman-teman, pasti semuanya sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Ada yang sibuk dengan handphone smartphone nya, tablet maupun iPad. Walaupun jarak dekat tapi terasa jauh, ya karena semua sibuk dengan gadgetnya sendiri. Orang-orang dibuat lebih acuh terhadap lingkungan sekitar. Dan itu semua karena gadget dirancang untuk membuat para penggunanya lalai dan kecanduan. Beragam aplikasi dihadirkan di dalamnya untuk membuai para pengguna. Mulai dari aplikasi-aplikasi jejaring sosial seperti twitter, facebook, instagram, line, wechat, path, dan banyak lainnya. Juga ada banyak game yang bisa di download sepuasnya di play store (android) dan App store (apple). Belum lagi kecanggihan-kecanggihan lainnya yang ditawarkan. Ternyata tidak hanya remaja dan orang dewasa yang tersihir, anak-anak kecilpun ikut terbuai akan kecanggihannya. Kalau jaman dulu waktu aku kecil, anak-anaknya sibuk main sepeda, samberlang, kodok, krim, congklak, kelereng, dan banyak permainan tradisionalnya, lha anak sekarang udah nggak mempan main yang begituan lagi. Sekarang anak-anak justru sibuk main game di gadget-gadget canggih. Contoh nyatanya nih sepupu cilik aku, dia baru TK, tapi tiap ketemu aku pasti yang dia minta selalu iPad. Dan kalau udah main game di iPad, dia lupa segalanya. Main seharian, bahkan kalau kita minta iPad nya nggak bakal dikasih, sampai dia harus mengeluarkan jurus pamungkasnya dengan menangis. Kalau udah begitu kan jadi kasian. Dan walaupun masih TK, dia ngerti cara menggunakan gadget tersebut dengan baik. Bahkan lebih jago dia main game dibandingkan aku. Luar biasa ya anak jaman sekarang. Pernah juga kakak aku pergi mengantar kue ke rumah teman mama. Di depan pintu rumah itu, dia melihat seorang anak kecil duduk di depan rumah sambil bermain game di gadget. Kakak memanggil-manggil dia, tapi dia tetap sibuk dengan gadgetnya sendiri. Ada sekitar 10 menit si kakak bengong di luar hahahaaa :D begitulah ya dahsyatnya pengaruh gadget terhadap para penggunanya. Semua yang memakainya dibuat sibuk sampai-sampai mengurangi intensitas waktunya berinteraksi di dunia nyata.

Jumat, 23 Agustus 2013

Rindu menulis...

Sudah 2 bulan aku tidak memenuhi blog ini dengan postingan yang baru dan tiba-tiba saja saat ini aku begitu rindu untuk menorehkan kata-kata di sini. Rindu sekali, hingga rasanya begitu sulit untuk bernafas. Karena menulis bagiku adalah sebuah kebutuhan, menyalurkan segala unek-unek yang tersimpan di kepala yang tak bisa aku ungkap secara lisan. Dan jika pikiran-pikiran itu tidak aku tumpahkan di sini maka ia akan membusuk dan menghancurkan otakku. Dan di sinilah aku sekarang. Duduk di atas tempat tidur yang nyaman dan mengetik-ngetikkan jariku di layar iPad. Yup, sudah dua bulan iPad ini menemaniku dan rasanya sangat membantu. Karena dengannya aku tak pernah merasa bosan, justru semenjak ada dia, aku jadi lalai dan malas. Yang dulunya nggak begitu suka main game, sekarang malah seperti kecanduan. Dan berkat gadget inilah aku jadi lupa membuka blog dan memposting tulisan-tulisanku lagi. Memang benar ya, gadget membuat kita ketergantungan, malas, dan beragam efek negatif lainnya. Tapi gadget jugalah yang membantu kita dalam banyak hal, terutama dalam mengakses internet. Dan selama ada gadget ini di sisiku, aku bisa tahu apa yang sedang terjadi di luar sana tanpa perlu keluar rumah. Memang segala hal itu selalu memiliki dua sisi, positif dan negatif. Tergantung kita mau menggunakan sisi yang mana :)
Setelah aku memakai iPad, aku menemukan bahwa aplikasi-aplikasi yang ada di samsung (play store) dan apple (app store) begitu mirip. Misalnya game dan banyak aplikasi lain. Bisa dibilang, buat kamu yang sudah memakai android, nggak akan ribet dalam memakai iPad. Ini yang membuat aku heran saat pertama kali menggunakan gadget yang satu ini. Tapi wajar aja kan kalau mirip, karena apple dulunya pernah menjalin kerja sama dengan samsung. Semenjak menjalin kerjasama itu, bisa dilihat kan Samsung yang dulunya nggak begitu populer langsung melejit bahkan sekarang sudah mulai menyaingi apple. Tapi yang menarik dari apple, bisa dibilang keunggulannya yang membuat brand ini begitu dicintai oleh konsumennya adalah karena apple punya kelas. Selain itu gadget merk Apple nggak mudah masuk virus. Makanya nggak heran kalau Macbook apple nggak butuh aplikasi anti-virus, sangat berbeda kan dengan merk lainnya yang sangat mudah kemasukan virus. Nah ini juga yang membuat aku tenang saat menggunakan iPad, karena nggak mudah masuk virus. Makanya iPad dan merk apple lainnya nggak open source. Sehingga agak sulit mengirim data ke gadget yang lain yang berbeda merk. Dan ini yang suka bikin aku kesal, karena tiap mau ngirim foto dari iPad ke handphone temanku via bluetooth nggak pernah bisa. Jadi terpaksa ngirimnya via email atau pakai kabel data bawaan iPad. Ribet ya???
Ini juga yang sempat di olok-olok oleh samsung dalam salah satu iklan mereka. Mereka membandingkan gadget mereka yang begitu mudah mengirim data dengan gadget lain (apple) yang nggak bisa ngirim data ke gadget lain yang merk nya beda.
So, mau yang ribet tapi aman atau gampang tapi kemungkinan kemasukan virus lebih besar?
Hmmmmmm enaknya sih pakai dua-duanya yaa, jadi bisa mendapatkan keuntungan dari kedua-dua merk tersebut. Oke deh, cukup itu dulu untuk malam ini karena jam di rumahku sudah menunjukkan pukul setengah satu pagi alias tengah malam. See you dear, have a nice day :)

Rabu, 26 Juni 2013

Kurangi Menonton Televisi

Beberapa hari ini lagi hobi baca buku, tepatnya jenis novel roman. Tau sendiri kan kalau novel-novel luar negeri itu romantis abis J Bayangin ya, dalam satu hari aku bisa melahap satu novel. Kalau aja baca buku kuliah juga secepat itu pasti tiap semester aku bisa dapat IP 4 hahahaahaaa :D
Memang dari dulu aku suka membaca. Tapi entah kenapa beberapa bulan ke belakang jadi agak malas. Buku “Chairul Tanjung si Anak Singkong” yang Mama beli bulan 1 lalu, sampai sekarang belum aku sentuh. Padahal dulu aku sempat mencari buku itu di toko-toko buku tapi belum keluar. Dan tiba-tiba aja waktu itu, pas aku pulang dari rumah teman, si Mama memberikan buku itu. Senangnya bukan kepalang. Tapi baru aku baca beberapa halaman. Dan ini semua gara-gara koleksi film yang semakin numpuk di laptop dan menunggu untuk ditonton. Tapi lucunya, beberapa hari ini aku malah keranjingan baca buku dan sebentar lagi sepertinya buku “Chairul Tanjung si Anak Singkong” juga akan aku baca sampai halaman terakhir J
Tapi ya, walaupun aku suka menonton, entah kenapa sekarang ini aku malaaaaaaas sekali menonton sebuah kotak ajaib bernama “TELEVISI”. Kenapa? Karena program-program sekarang kebanyakan membosankan dan datar, hampir sebagian besarnya mirip antara satu dan yang lain. Belum lagi porsi iklan dalam setiap program-program acaranya. Kadang saking bosannya ngeliat iklan, sampai aku hitungin itu iklan berapa buah di setiap jeda program acaranya. Bukan berarti aku nggak suka melihat iklan, tapi kadang porsi iklan yang terlalu besar membuat aku jenuh dan bosan. Pada dasarnya kan kita menghidupkan televisi karena ingin mendapatkan informasi dan hiburan. Tapi ketika porsi informasi/hiburan dan iklannya sebanding, hal itu tentu aja membuat kita bosan dan akhirnya apa? Tentu saja berpindah channel TV. Dan ketika aku berpindah channel TV, aku selalu lupa untuk kembali ke channel sebelumnya x_x
Dari semua channel TV, yang paling sering aku tonton adalah MNC music (suka lihat video-videonya), Metro TV (suka sama informasinya yang selalu aktual, ada program favorit aku kayak Kick Andy, Mata Najwa, Stand Up Comedy, Mario Teguh), Diva Universal (koleksi film baratnya seru, juga ada yang drama series nya), FoxCrime (program-program tv nya di sini keren-keren), National Geographic juga oke-oke informasinya terutama mengungkap fakta-fakta yang nggak pernah kita tahu, KBS (banyak koleksi film-film korea terbaru), SCTV (itu program FTV nya jadi favorit aku). Tapi bisa dibilang aku sangat jarang menghidupkan televisi. Kalau di rumah, aku lebih suka di kamar dengan koleksi film-film yang aku punya, baca buku, atau menjelajah dunia maya. Sekarang aku bahkan nggak tahu apa program TV favorit orang-orang. Seperti X-factor, indonesian idol, atau master chef yang sering disebut orang-orang di twitter misalnya. Aku bahkan nggak pernah mengikuti tayangan-tayangan itu. Entah kenapa sejak masuk jurusan komunikasi dan tahu bagaimana pengaruh dan dampak media televisi terhadap masyarakat, sejak saat itu aku mulai membatasi diri untuk tidak terlalu sering menonton televisi. Dan sejak Kak Mena pulang dari Surabaya, dia juga jadi tidak terlalu sering menonton. Dia lebih sering belajar speaking di youtube, atau belajar listening di laptop. Jadi bisa di bilang di rumah yang menonton hanya Mama, itupun hanya pada malam hari. Kalau Bapak paling nonton kalau pas ada tayangan bola, atau berita aja.  

Bukan berarti televisi itu nggak bagus loh, tapi jangan terlalu sering dilihat, karena bisa membuat kita terpedaya. Karena nggak semua yang diperlihatkan media itu benar-benar adanya. Terutama tayangan-tayangan seperti sinetron. Buat aku sinetron itu sangat tidak mendidik. Peran-peran tokohnya dibuat sejahat mungkin, sampai kadang kita yang menonton jadi ikut kesal pada pemeran antagonisnya. Aku ingat dulu waktu aku kecil ada satu sinetron laga yang memperlihatkan adegan bunuh-bunuhan gitu. Dan gara-gara menonton sinetron itu, aku jadi nggak bisa tidur dan merasa banyak orang jahat di sekeliling aku. Dan itu benar-benar menakutkan. Sampai akhirnya aku nggak berani lagi menonton sinetron itu. Jadi coba kalian bayangkan jika anak-anak kecil mengkonsumsi tayangan-tayangan sinetron yang penuh dengan tindak kejahatan, adegan-adegan percintaan, adegan-adegan yang penuh intrik, bisa dipastikan akan mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya. Karena harus diingat jika anak-anak sangat suka meniru. Makanya bisa dilihat kan sekarang banyak anak-anak yang menyanyikan lagu-lagu orang dewasa, banyak anak-anak lelaki yang memperkosa temannya yang berlainan jenis, atau sekedar mencium temannya yang berlainan jenis. Helloooo?? Mereka masih anak-anak tapi sudah mengerti hal-hal seperti itu? Kalau sudah begitu siapa yang harus disalahkan? Pastinya yang harus disalahkan adalah orangtua. Kenapa tidak menjaga dan merawat anaknya dengan baik, terutama menjaga anaknya agar tidak menonton tayangan-tayangan orang dewasa. Jadilah orangtua cerdas, dan ikuti pertumbuhan anak-anak Anda. Jangan biarkan anak-anak sendirian dan menafsirkan segala hal sendirian. Ajak mereka belajar dan bermain, bimbing mereka. Karena usia dini adalah usia yang membutuhkan bimbingan, dan menginjak usia 10-15 tahun adalah usia ketika anak-anak lebih sering berada di luar rumah, sehingga kondisi lingkungan yang sangat mempengaruhi tingkah laku anak. Lingkungan yang baik akan menjadikan anak-anak tumbuh dengan baik dan lingkungan yang buruk akan membuat anak-anak terpengaruh untuk berperilaku buruk. 

Jumat, 21 Juni 2013

6 Pertanyaan Imam Ghozali

REPOST...
Dulu guru agama di sekolah pernah juga menanyakan 6 pertanyaan yang ditanyakan oleh Imam Ghozali di bawah ini kepada kami. Aku suka sekali mendengarnya. Makanya saat aku menemukan kembali pertanyaan-pertanyaan ini, langsung aku ketik ulang dan posting ke blog. Selamat membaca :)

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali mengajukan 6 pertanyaan.
Pertama,”Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”. Murid-muridnya ada yang menjawab orangtua, teman, dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar, tetapi yang paling dekat dengan kita adalah “MATI”. Sebab itu sudah janji Alaah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Ali imran : 185)
Pertanyaan kedua,”Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?”. Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, lautan, dan matahari. Semua jawaban itu benar. Tapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama.
Pertanyaan ketiga, “ Apa yang paling besar di dunia ini?”. Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, lautan, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah “NAFSU” (Al A’Raf : 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
Pertanyaan ke empat adalah, “Apa yang paling berat di dunia ini?”. Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban itu benar, kata Imam Ghozali. Tapi yang paling berat adalah “memegang AMANAH” (Al Ahzab : 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.
Pertanyaan yang ke lima adalah,” Apa yang paling ringan di dunia ini?”. Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling ringan di dunia ini adalah MENINGGALKAN SHOLAT. Gara-gara pekerjaan, kita tinggalkan sholat. Gara-gara meeting kita tinggalkan sholat.
Lalu, pertanyaan yang ke enam adalah, “Apakah yang paling tajam di dunia ini?”. Murid-muridnya menjawab dengan serentak, “pedang”. Benar, kata Imam Ghozali. Tapi yang paling tajam adalah “LIDAH MANUSIA”. Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Semoga bermanfaat :)

Kamis, 20 Juni 2013

Kegiatan Penanaman dan Pembibitan Mangrove

Kemarin, hari Kamis (20/06/12), aku dan teman-teman relawan Sobat Bumi Aceh melakukan penanaman dan pembibitan tanaman Mangrove di Desa Ruyung, Aceh Besar. Lokasinya itu di daerah Krueng Raya. Kami menempuh perjalanan yang lumayan jauh juga, menghabiskan waktu sekitar 45 menit di perjalanan. Sekitar pukul setengah 11 kami mulai melakukan penanaman mangrove. Kami mengangkat bibit-bibit mangrove ke lokasi penanaman. Lumayan jauh juga kami harus berjalan kaki, dengan panas matahari yang menyengat. Proses penanaman berlangsung seru. Kami menanam di tanah-tanah berlumpur. Pakaian-pakaian yang kotor tak kami pedulikan lagi, bahkan sinar matahari menjadi teman kami hari itu. Rasanya menyenangkan sekali bisa melakukan hal positif untuk bumi. Dan di kemudian hari tanaman-tanaman itu juga bisa membantu perekonomian para nelayan di wilayah tersebut. Pukul dua belas siang proses pembibitan selesai dilakukan, kamipun kembali dan beristirahat sejenak, sebelum melanjutkan lagi kegiatan selanjutnya. Aku segera mencari air dan meneguknya. Rasanya air yang kuminum tak pernah cukup, ya mungkin saking lelahnya jadi dehidrasi J
Kemudian kami membersihkan kotoran-kotoran lumpur yang menempel di tangan, kaki, dan pakaian. Setelah itu dilanjutkan dengan makan siang yang dimasak oleh warga di desa itu. Enak sekali rasa masakannya. Ada kuah plik ue, ayam goreng, ikan asin goreng, mie goreng, dan kerupuk.
Wah saking laparnya rasanya seperti tidak makan setahun hahaaaaa :D Yah mungkin karena ini pertama kalinya aku menanam di tanah yang berlumpur. Aku jadi ingat dulu waktu kecil sering ikut nenek ke sawah, dan melihat orang-orang bertani. Mereka menanam padi di tanah-tanah berlumpur. Aku suka sekali terjun ke tanah itu dan bermain kotor-kotoran. Yah, momen kemarin kembali mengingatkan aku akan suasana dulu saat menemani nenek ke sawah. Rasanya seperti anak kecil yang baru melihat lumpur dan tertawa kegirangan. Satu kata yang bisa menggambarkan suasana kemarin adalah “seru”.

Pukul dua siang, kami melanjutkan kegiatan selanjutnya yaitu pembibitan tanaman mangrove. Di situ sudah tersedia polibex-polibex yang sudah diisi tanah. Juga ada bibit-bibit mangrove. Kami mengambil bibit-bibit itu dan memasukkannya ke dalam polibex. Ada 20000 bibit yang kami masukkan. Kami juga dibantu oleh para warga di desa tersebut. Mereka juga antusias dengan kegiatan ini, apalagi anak-anak kecilnya. Mereka begitu bersemangat membantu. Rasanya menyenangkan sekali memasukkan bibit-bibit itu ke dalam polibex. Dan beberapa bulan ke depan, kami akan datang ke desa itu lagi untuk melakukan penanaman mangrove lagi dari bibit-bibit yang telah kami masukkan ke dalam polibex tersebut.  Pukul setengah empat sore kegiatan selesai dilakukan. Alhamdulillah kami telah berhasil menanam 1000 tanaman mangrove dan melakukan 20000 pembibitan mangrove K
Acara kemarin benar-benar menyenangkan, karena di sana aku mendapat banyak teman dan pengalaman baru yang berwawasan lingkungan dengan melakukan hal positif untuk alam. Terimakasih Sobat Bumi Aceh telah memberikanku kesempatan bergabung dalam kegiatan ini :)






Caption: Melakukan pembibitan mangrove ke dalam polibex


        Caption: Melakukan Penanaman mangrove



        Caption: Foto bersama para relawan Sobat Bumi Aceh 




Caption: Tumpukan bibit dan tanaman mangrove yang akan ditanam







Rabu, 12 Juni 2013

Ayo Jadi Sobatnya Bumi !

Alhamdulillah, akhirnya beberapa hari lagi final selesai dan libur menanti. Harusnya sih finalnya udah siap semua tapi karena kemarin dosennya berhalangan jadilah finalnya diundur ke hari jum'at. Jadi final terakhir hari jumat besok (14/06/13). Siap itu libur panjang dong yaa.
Oya, alhamdulillah aku lulus seleksi jadi relawan Sobat Bumi. Ada sekitar 340 peserta yang mendaftar jadi relawan dan yang diterima ada sekitar seratus orang, setelah melewati tahap wawancara.
Dan programnya itu, nanti kita akan menanam 10.000 tanaman manggrove di Desa Ruyung, Aceh Besar. Memang tidak langsung sekaligus 10.000 pohon tapi akan dicicil dan dilakukan pertahap. Dalam jangka waktu setahun. Melihat bagaimana kondisi bumi hari ini yang semakin memprihatinkan, sudah seharusnya kita melakukan sesuatu untuk bumi. Kita harus lebih aware dengan keadaan lingkungan kita saat ini. Di Aceh misalnya, cuacanya sudah tidak menentu. Kadang panas, kadang hujan dan disertai angin kencang. Dan parahnya lagi, suhu panas di Aceh saat ini sudah mencapai titik yang mengkhawatirkan. Si onyong aja baru balik ke sini beberapa hari, langsung komentar, "Panas kali banda aceh ini, pengen balik ke jawa aja lagi lah."
Dosen IAD aku juga pernah bilang bahwa kondisi bumi yang sudah seperti ini sudah tidak mungkin bisa disembuhkan lagi. Tapi yang bisa kita lakukan sekarang adalah menjaga agar bumi tidak semakin parah. Ya, apapun yang kita lakukan sekarang tidak mungkin mengembalikan bumi menjadi sehat, tapi paling tidak satu langkah kecil kita bisa menyelamatkan bumi agar tidak semakin terpuruk. Karena ini semua demi anak-cucu kita di masa mendatang. Makanya sejak belajar IAD beberapa tahun lalu, aku concern untuk tidak membuang lagi sampah sembarangan, mengurangi penggunaan kantong plastik dan kertas. Ada satu kejadian yang begitu menyentilku, itu terjadi saat aku kelas 1 SMA. Guru native speaker ku di sekolah dulu adalah seorang berkebangsaan Australia. Suatu hari aku melihat dia memungut kertas sampah yang tergeletak di lantai dan memasukkannya ke dalam tas ranselnya. Dan ketika dia membuka tas ranselnya, ternyata ada beberapa sampah lainnya yang ia masukkan ke situ. Dia tidak tahan melihat sampah-sampah bergeletakan di sembarang tempat. Melihat kejadian itu begitu mengharukan buatku. Dia yang non-muslim bahkan lebih bersih dari kebanyakan orang muslim. Dia menerapkan kata pepatah "Kebersihan sebagian dari iman". Sejak melihat itu, aku mulai menerapkannya dalam kehidupanku sehari-hari. Jika ingin membuang sampah dan aku tidak menemukan tong sampah maka sampahnya akan aku simpan dulu di dalam tas, baru kemudian aku buang di tong sampah. Begitu juga saat aku ke supermarket, jika barang-barang belanjaanku muat di tas maka aku lebih memilih memasukkannya sekaligus ke dalam tas daripada menggunakan plastik supermarket tersebut. Itu adalah hal-hal kecil yang terus aku terapkan hingga saat ini. Dan semoga dengan bergabungnya aku di dalam kegiatan Sobat Bumi ini menjadi langkah awal untukku melakukan hal-hal besar kedepannya untuk bumi tercinta ini. Okay, guys, cintai bumi, karena itu salah satu bentuk rasa terimakasih kita karena telah hidup dan tinggal di muka bumi ini. Ayoo jadi sobatnya bumi !! Kalau bukan kita, siapa lagi??? :)

Selasa, 04 Juni 2013

Publisitas

Publisitas adalah informasi yang disampaikan (dipublikasikan) tanpa perlu membayar ruang-ruang pemberitaannya/penyiarannya yang bertujuan untuk menarik perhatian dan mempengaruhi tingkah laku publik serta mengakibatkan terbentuknya citra di masyarakat.
Publisitas : tidak berbayar, melalui media, relatif short them (jangka waktu pendek), relatif susah untuk dikontrol.
Kelebihan publisitas yaitu:
-lebih kredibel (dapat dipercaya).
-lebih natural.
-informasinya mempunyai nilai berita (news value).
Cara mengukur publisitas dengan:
-Banyak tidak banyaknya dipublikasikan.
-Dimana dipublikasikan.
Macam-macam publisitas:
-feature article
-caption photo
-news release
-press conference
-special event
Kampanye publisitas yaitu sebuah upaya yang dilakukan secara terencana, terprogram, memiliki sumberdaya yang memiliki tugas yang jelas dan dapat dievaluasi hasilnya. Umumnya erat kaitannya dengan publisitas politik atau advokasi isu tertentu.
Persamaan Kampanye dan Propaganda yaitu  secara operasional keduanya sama-sama melakukan kegiatan komunikasi yang terencana untuk mencapai tujuan tertentu dan berupaya mempengaruhi khalayak sebagai sasarannya.

Perbedaan Kampanye dan Propaganda:
Kampanye
Propaganda
a.Suatu kegiatan komunikasi dua arah
b.Dilakukan terbuka
c.Waktunya terbatas atau jangka pendek
d.Program yang jelas
e.Narasumber dapat diidentifikasi
f.Cenderung berkonotasi positif

Contohnya: Kampanye politik atau kampanye
hidup sehat.
a.Komunikasi satu arah
b.Dilakukan terselubung(sembunyi-sembunyi)
c.Waktunya jangka panjang
d.Narasmubernya tidak jelas atau tersembunyi
e.Cenderung berkonotasi negatif


Contoh: Kepentingan agama, politik, militer, dll.
Misal dilakukan melalui film.

Tujuan kampanye yaitu:
a.Public Awareness ialah menciptakan “kesadaran publik” terhadap sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan sosial. Misal: Perda laranga merokok di tempat umum.
b.Offer Iinformation ialah “menawarkan informasi” yang lebih mendalam tentang suatu program kepada publik melalui; brosur, majalah, bantuan tenaga ahli (konsultan). Misal: pencegahan virus flu burung.
c.Public education ialah “mendidik publik” secara emosional yang tetap bersikap etis dan wajar didukung dengan materi kampanye tentang informasi dan tujuan suatu program yang bersifat persuasif atau bernilai pendidikan. Misal: anti kekerasan terhadap anak.
d.Reinforce The Attitudes and Behavior ialah memperkuat nilai-nilai atau ingin mengubah perilaku publik. Misal: pencegahan penularan penyakit HIV/Aids.
e.Behavior Modification ialah memodifikasi/ingin merubah perilaku masyarakat. Misal kampanye penggunaan seat belt dan helm.
Jenis-jenis kampanye yaitu:
1.Product - Oriented Campaigns adalah kegiatan komersial kampanye terhadap peluncuran suatu produk baru. Misal: pergantian nama National ke Panasonic atau perubahan logo produk.
2.Candidate - Oriented Campaigns adalah kegiatan kampanye publik. Misal: kandidat caleg DPR/MPR
3.Ideological or Cause – Oriented Campaigns adalah ide/gagasan kegiatan kampanye perubahan sosial. Misal: program KB nasional, anti narkoba, atau pelestarian lingkungan hidup.
Bentuk Komunikasi Kampanye :
-Komunikasi interpersonal
-Komunikasi kelompok
-Komunikasi massa

Teknik kampanye:
a.Participating yaitu keikutsertaan dalam kegiatan kampanye dengan tujuan untuk menumbuhkan saling pengertian, kerjasama, dan toleransi.
b.Association yaitu menyajikan isi kampanye yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau objek yang tengah ramai dibicarakan agar dapat memancing perhatian masyarakat.
c.Integrative yaitu menyatukan diri dengan publik secara komunikatif dengan menggunakan kata-kata “kita, kami, Anda sekalian..” mencitrakan bahwa apa yang disampaikan bukan untuk kepentingan komunikator  atau sepihak tetapi untuk kepentingan bersama.
d.Pay Off Technique (ganjaran) yaitu mempengaruhi publik dengan suatu ganjaran atau menjanjikan sesuatu dengan “iming-iming hadiah” dengan 2 kemungkinan : benefit atau kegunaan (bertujuan untuk menumbuhkan kegairahan), dan ancaman/kekhawatiran/sesuatu yang menakutkan (bertujuan untuk membangkitkan rasa takut bila hal tersebut akan terjadi di kemudian hari.
e.Icing Technique yaitu teknik ini diumpamakan menata balok es menjadi bentuk yang menarik. Penyampaian pesan ditata sedemikian rupa sehingga enak dilihat, didengar, dibaca, dirasakan.
f.Empathy ialah menempatkan diri dalam posisi publik, ikut merasakan dan “peduli” situasi atau kondisi publik.
g.Coersion Technique ialah kampanye yang lebih menekankan pada suatu “paksaan” yang dapat menimbulkan rasa ketakutan atau kekhawatiran bagi publik yang tidak mau tunduk melalui sebuah ancaman.

Kamis, 30 Mei 2013

Film "Tears of The Sun"

Seminggu yang lalu aku menonton film "Tears of The Sun". Film ini mengisahkan tentang peperangan yang terjadi di Norwegia. Penuh konflik dan pertumpahan darah, merinding juga nontonnya, seakan nyawa manusia tak ada harganya dan pembunuhan massal pun terjadi. Dalam film yang dibintangi oleh Bruce Willis ini juga diceritakan bagaimana seorang tentara militer yang berkarakter dingin kemudian berubah dengan menunjukkan sisi humanisnya. Bagaimana tidak, dia dan rekan-rekannya melihat sendiri bagaimana perjuangan kaum-kaum tertindas di sana. Nyawa-nyawa melayang, para wanita di perkosa kemudian dibunuh, betapa mudahnya manusia menghabisi nyawa manusia lainnya.
Peperangan ini berawal saat Samuel Akuza terpilih sebagai presiden Nigeria. Perlawanan mulai ditunjukkan oleh organisasi Mustafa Yakubu. Isu yang berkembang adalah dengan memanfaatkan perbedaan ras dan etnik di negara tersebut. Akibatnya pertumpahan pun terjadi dan etnik Yakubu dalam waktu singkat berhasil menduduki Nigeria dan membersihkan etnik-etnik yang dinilai bertentangan dengan mereka. Dalam hal ini etnik tersebut yaitu suku Ibo. Terpaksa sebagian mereka melarikan diri untuk mencari perlindungan.
Sementara itu, Amerika mencoba untuk menyelamatkan warga negaranya yang masih berada di negara konflik tersebut. Pihak militer Amerika pun bergerak dan mengutus agennya Eagle One untuk menjalankan misi yang ditugaskan yaitu menyelamatkan warga negaranya, yang misi utamanya adalah menyelamatkan Dr. Lena Fiore Kendricks. Selain itu misi sampingannya adalah menyelamatkan 2 orang suster dan satu pendeta. Saat pasukan Eagle One berhasil menemukan Dr. Lena beserta dua orang suster dan seorang pendeta, ternyata misi mereka tidak berjalan lancar karena Dr. Lena menginginkan agar warga Nigeria yang ada di pengungsian juga harus diselamatkan semua dan ikut dengan mereka. Pertama pasukan tersebut merasa keberatan, namun akhirnya menyetujui karena tidak punya pilihan lain. Namun tidak semua warga ikut, ada juga yang tetap tinggal, begitu pula dengan dua orang suster dan satu pendeta tersebut yang tetap ingin tinggal karena tidak tega meninggalkan sebagian para pengungsi yang masih sekarat dan membutuhkan pertolongan. Mereka berjalan selama beberapa hari dengan menempuh perjalanan yang tidak mudah dan hanya istirahat sebentar saja kemudian melanjutkan perjalanan lagi. Akhirnya mereka pun sampai di lokasi yang telah ditentukan untuk pendaratan helikopter yang akan menjemput mereka, namun helikopter yang muncul hanya dua. Apalagi saat pasukan hanya menarik Dr. Lena untuk naik ke helikopter sedangkan warga yang lain dibiarkan tinggal di tempat itu.

Film ini mengandung nilai-nilai humanis yang sangat bagus untuk ditonton. Menonton film ini seakan memutar kembali memoriku beberapa tahun lalu saat Aceh masih konflik. Memang di tempatku tinggal terbilang aman dan aku pun tidak mengalami atau menyaksikan tragedi-tragedi pertumpahan darah. Namun aku sering sekali mendengar kontak senjata pada waktu itu. Dan jika suara itu mulai terdengar di malam hari, mama akan membangunkan aku yang waktu itu masih berumur sekitar 9 tahun dan berbisik padaku, “Adek, tiarap, tiarap yaa...”
Dan saat itu juga jantungku langsung berdegup kencang dan mulai dilingkupi ketakutan. Bayangkan seorang gadis kecil yang begitu ketakutan saat mendengar suara kontak senjata yang begitu jelas terdengar di telinganya. Itu hanya mendengar saja sudah membuat aku takut dan merinding. Apalagi jika aku melihat sendiri senjata itu melayang ke tubuh-tubuh manusia atau justru merasakan peluru itu menancap ditubuhku. Naudzubillah L
Jadi bisa kalian bayangkan dan pikirkan bagaimana rasanya hidup di dalam konflik, di antara suara-suara senjata dan bertanya-tanya apakah esok aku masih bisa bernafas, apakah esok aku masih bisa berkumpul bersama keluarga dan teman-temanku, apakah esok ayah dan ibu masih tetap ada untuk menjadi pelindungku ataukah harus mati diujung todongan senjata, apakah esok aku masih bisa melihat orangtuaku tersenyum, apakah esok.....????
Pertanyaan-pertanyaan itu berisi harapan. Harapan konflik itu akan reda dan berganti dengan “DAMAI”.

Mau tahu lebih lanjut cerita film “Tears of The Sun” ? Ayooo nonton filmnya J