Kamis, 30 Mei 2013

Film "Tears of The Sun"

Seminggu yang lalu aku menonton film "Tears of The Sun". Film ini mengisahkan tentang peperangan yang terjadi di Norwegia. Penuh konflik dan pertumpahan darah, merinding juga nontonnya, seakan nyawa manusia tak ada harganya dan pembunuhan massal pun terjadi. Dalam film yang dibintangi oleh Bruce Willis ini juga diceritakan bagaimana seorang tentara militer yang berkarakter dingin kemudian berubah dengan menunjukkan sisi humanisnya. Bagaimana tidak, dia dan rekan-rekannya melihat sendiri bagaimana perjuangan kaum-kaum tertindas di sana. Nyawa-nyawa melayang, para wanita di perkosa kemudian dibunuh, betapa mudahnya manusia menghabisi nyawa manusia lainnya.
Peperangan ini berawal saat Samuel Akuza terpilih sebagai presiden Nigeria. Perlawanan mulai ditunjukkan oleh organisasi Mustafa Yakubu. Isu yang berkembang adalah dengan memanfaatkan perbedaan ras dan etnik di negara tersebut. Akibatnya pertumpahan pun terjadi dan etnik Yakubu dalam waktu singkat berhasil menduduki Nigeria dan membersihkan etnik-etnik yang dinilai bertentangan dengan mereka. Dalam hal ini etnik tersebut yaitu suku Ibo. Terpaksa sebagian mereka melarikan diri untuk mencari perlindungan.
Sementara itu, Amerika mencoba untuk menyelamatkan warga negaranya yang masih berada di negara konflik tersebut. Pihak militer Amerika pun bergerak dan mengutus agennya Eagle One untuk menjalankan misi yang ditugaskan yaitu menyelamatkan warga negaranya, yang misi utamanya adalah menyelamatkan Dr. Lena Fiore Kendricks. Selain itu misi sampingannya adalah menyelamatkan 2 orang suster dan satu pendeta. Saat pasukan Eagle One berhasil menemukan Dr. Lena beserta dua orang suster dan seorang pendeta, ternyata misi mereka tidak berjalan lancar karena Dr. Lena menginginkan agar warga Nigeria yang ada di pengungsian juga harus diselamatkan semua dan ikut dengan mereka. Pertama pasukan tersebut merasa keberatan, namun akhirnya menyetujui karena tidak punya pilihan lain. Namun tidak semua warga ikut, ada juga yang tetap tinggal, begitu pula dengan dua orang suster dan satu pendeta tersebut yang tetap ingin tinggal karena tidak tega meninggalkan sebagian para pengungsi yang masih sekarat dan membutuhkan pertolongan. Mereka berjalan selama beberapa hari dengan menempuh perjalanan yang tidak mudah dan hanya istirahat sebentar saja kemudian melanjutkan perjalanan lagi. Akhirnya mereka pun sampai di lokasi yang telah ditentukan untuk pendaratan helikopter yang akan menjemput mereka, namun helikopter yang muncul hanya dua. Apalagi saat pasukan hanya menarik Dr. Lena untuk naik ke helikopter sedangkan warga yang lain dibiarkan tinggal di tempat itu.

Film ini mengandung nilai-nilai humanis yang sangat bagus untuk ditonton. Menonton film ini seakan memutar kembali memoriku beberapa tahun lalu saat Aceh masih konflik. Memang di tempatku tinggal terbilang aman dan aku pun tidak mengalami atau menyaksikan tragedi-tragedi pertumpahan darah. Namun aku sering sekali mendengar kontak senjata pada waktu itu. Dan jika suara itu mulai terdengar di malam hari, mama akan membangunkan aku yang waktu itu masih berumur sekitar 9 tahun dan berbisik padaku, “Adek, tiarap, tiarap yaa...”
Dan saat itu juga jantungku langsung berdegup kencang dan mulai dilingkupi ketakutan. Bayangkan seorang gadis kecil yang begitu ketakutan saat mendengar suara kontak senjata yang begitu jelas terdengar di telinganya. Itu hanya mendengar saja sudah membuat aku takut dan merinding. Apalagi jika aku melihat sendiri senjata itu melayang ke tubuh-tubuh manusia atau justru merasakan peluru itu menancap ditubuhku. Naudzubillah L
Jadi bisa kalian bayangkan dan pikirkan bagaimana rasanya hidup di dalam konflik, di antara suara-suara senjata dan bertanya-tanya apakah esok aku masih bisa bernafas, apakah esok aku masih bisa berkumpul bersama keluarga dan teman-temanku, apakah esok ayah dan ibu masih tetap ada untuk menjadi pelindungku ataukah harus mati diujung todongan senjata, apakah esok aku masih bisa melihat orangtuaku tersenyum, apakah esok.....????
Pertanyaan-pertanyaan itu berisi harapan. Harapan konflik itu akan reda dan berganti dengan “DAMAI”.

Mau tahu lebih lanjut cerita film “Tears of The Sun” ? Ayooo nonton filmnya J


Tidak ada komentar: