Minggu, 06 Juli 2014

99 Cahaya di Langit Eropa oleh Hanum Salsabiela

Pertama kali aku ingin membaca buku itu karena tulisan "best seller" di cover depannya. Entah kenapa kalau udah ada tulisan "best seller" seperti ada jaminan bahwa buku itu pasti bagus untuk dibaca, yah walaupun  sebenarnya nggak semua begitu tapi paling tidak itu menjadi salah satu tolak ukur. Kemudian alasan kedua adalah karena buku itu juga sudah difilmkan ke layar lebar. Itu semakin menambah rasa keingintahuanku untuk membacanya dan tentunya juga didukung oleh sinopsis di belakang buku yang memang menarik. Buku ini diberi judul "99 cahaya di langit Eropa". Sesuai dengan judulnya, buku ini adalah buku yang menceritakan perjalanan spiritual penulis dalam menapaki jejak Islam di Eropa. Sebuah perjalanan mencari cahaya Islam di seluruh penjuru Eropa. Di dalam buku ini, aku mendapatkan banyak sekali informasi yang belum pernah aku ketahui sebelumnya tentang pasang-surut Islam, dan cerita itu mengalir dari bangunan-bangunan peninggalan dari masa ke masa yang menjadi saksi bisu kemajuan dan kemunduran Islam. Diceritakan bagaimana dulu pengaruh Islam di Eropa saat Islam mencapai puncak kejayaan hingga saat ini kemunduran Islam yang hanya menyisakan kenangan-kenangan pada bangunan-bangunan tersebut. Cerita ini adalah kisah perjalanan penulis yaitu Hanum Salsabiela Rais bersama suaminya, Rangga Almahendra. Hanum yang mengikuti suaminya yang sedang menempuh pendidikan Doktoral di Wina, Austria, mencoba mencari potongan demi potongan keterkaitan antara Eropa dan Islam pada masa lalu. Mungkin banyak yang tidak pernah menduga bahwa Eropa yang mayoritas beragam Katolik juga banyak warganya yang Atheis, akan tetapi dulunya pernah bersinggungan dengan Islam, berkaitan erat. Informasi-informasi itu diramu dengan apik oleh penulis sehingga menghasilkan tulisan yang sangat menarik, cerita sejarah yang biasanya membosankan dibuat dengan bahasa yang lebih menarik sehingga lebih mudah dipahami dan enak dibaca. Informasi apa saja yang saya dapatkan? 

Tahukah kalian bahwa roti croissant yang ada di Austria berbentuk bulan sabit? Roti itu dibuat berbentuk bulan sabit sebagai simbol kekalahan Turki terhadap Austria pada masa pemerintahan Turki Ottoman. Di Wina, agama mayoritas yang dianut masyarakat adalah Kristen Katolik, maka jangan heran jika kalian ke sana maka akan sangat susah menemukan mesjid, karena berbeda dengan di Indonesia yang sangat mudah menemukan mesjid, di Wina mesjid hanya ada satu-satu dengan letaknya yang berjauhan antara satu dan lainnya. Kebanyakan warga muslim di sana jika ingin shalat hanya di ruang-ruang atau langgar kecil. Saat tiba waktu shalat pun sangat susah menemukan suara muadzin yang mengumandangkan azan, sangat berbeda dengan di sini. Di situlah tantangan masyarakat muslim di sana. Mungkin bagi kita yang hidup di negara dengan jumlah populasi muslim terbesar melakukan ibadah bukanlah hal yang sulit tapi bagi muslim di sana yang menjadi minoritas sangat susah sekali bagi mereka melakukan ibadah seperti kita. Karena tidak semua orang bertoleransi pada agama kita. Misal, seperti Rangga yang pernah ditegur oleh atasannya karena beribadah salat di ruangannya. Karena mereka melarang membawa-bawa agama dalam lingkungan kampus, kampus harus netral dari isu-isu agama. Aneh bukan? Tapi itulah tantangan yang harus dihadapi oleh warga muslim sehari-harinya di sana. 

Di sini juga diceritakan tentang Cordoba di Spanyol, di sana ada sebuah bangunan yang dulunya mesjid tetapi kini telah diubah menjadi sebuah gereja, namanya Mezquita. Mesjid ini diubah menjadi gereja karena kekalahan kekhalifahan Islam di Granada, akhirnya pemerintahan diambil alih oleh Isabella dan Ferdinand. Dalam kurun waktu 10 tahun setelah Granada takluk, Isabella dan Ferdinand memerintahkan pembaptisan massal pada seluruh penduduk baik Islam maupun Yahudi. Sejak saat itu penggunaan bahasa arab dilarang keras, tradisi-tradisi yang berbau arab dihilangkan dan yang paling agresif adalah pembentukan kepolisian untuk mengawasi muslim dan Yahudi yang sudah "terpaksa" berpindah agama. Makanya tak heran jika kalian pergi di jalan-jalan terutama pasar-pasar Spanyol, para penjual daging babi gantung ada dimana-mana. Petugas kepolisian bertugas memastikan tidak ada warga Spanyol yang memeluk Islam atau Yahudi secara diam-diam. Mereka memaksa setiap warga untuk berjualan babi dan mendemonstrasikan memakan babi di depan mereka. 

Dan kalian tahu agama apa yang paling besar dipeluk di Eropa ini? Bukan katolik dan kristen, tetapi ateisme dan sekulerisme. Ketidakpercayaan mereka terhadap tuhan karena melihat banyaknya orang-orang yang berselisih karena agama, perang agama, dan semacamnya, hal itu membuat mereka semakin tidak percaya akan tuhan. Hmmmmmm 😔😣

Tahukah kalian apa perbedaan Islam yang dulu mencapai masa kejayaan dengan Islam yang sekarang mengalami kemunduran? Bedanya adalah Islam dulu menggabungkan antara agama dan sains (pengetahuan). Bisa dilihat kan dahulu banyak sekali orang-orang Islam yang hebat dalam ilmu pengetahuan, sebut saja Ibnu sina, Ibnu Rushd, dan banyak lagi. Dulu, Islam disebarkan dengan cara yang sangat indah, dengan berperilaku mulia dan lewat ilmu pengetahuan.
Seribu tahun Islam bersinar, lalu pelan-pelan memudar. Kenapa?
Penulis mengatakan bahwa karena sebagian umat Islam sudah mulai melupakan apa yang telah diperdengarkan Jibril kepada Muhammad saw. pertama kali. Karena kita terlalu sibuk bercumbu dengan kata jihad yang salah dimaknai dengan pedang, bukan dengan perantara kalam (pengetahuan).

Coba lihat sekarang apa yang terjadi pada Islam? Islam selalu saja dikaitkan dengan kekerasan, teroris, poligami, dan banyak stigma-stigma negatif lainnya yang sengaja dibangun untuk memperburuk citra Islam. Coba kita lihat di Indonesia, perilaku orang-orang Islam saat ini bagaimana? Tidak menampilkan budi pekerti yang baik, seakan-akan memang seperti itulah Islam. Padahal Islam yang sebenarnya adalah mengajarkan hal-hal terpuji, mengajarkan berbuat baik, berlaku santun, berbudi pekerti. Itulah yang dilakukan masyarakat Islam Turki di Austria saat ini, mereka menyebarkan Islam dengan cara yang indah, dengan senyuman, dengan menebar kebaikan, maka tak heran jika sekarang jumlah muslim di Austria berangsur-angsur jumlahnya semakin banyak walaupun masih menjadi minoritas. Tetapi itulah sebenarnya yang harus kita lakukan "menjadi agen muslim yang baik". 

Mengajak itu tidak perlu dengan kekerasan, pemaksaan, tapi dilakukan dengan mencontohkan perilaku-perilaku yang baik dan positif. Tularkan nilai-nilai keislaman ke seluruh dunia agar mereka tahu betapa indahnya Islam. Dalam buku itu, Hanum menceritakan tentang temannnya, Fatma, seorang wanita Turki yang tinggal di Wina, dia selalu mengatakan bahwa dia ingin menjadi agen muslim yang baik. Bahkan suatu waktu saat mereka duduk di sebuah cafe, ada sekelompok turis yang mengobrol sambil mengejek-ejek Muslim Turki. Fatma mendengarnya tetap tenang walaupun dalam hati ia marah, kemudian yang dia lakukan setelah itu bukan melabrak dan menasehati para turis itu tetapi dia justru membayari semua makanan para turis itu dan menuliskan pesan pada mereka di secarik kertas dan menitipkannya pada pelayan, tulisannya begini, "Hi, I am Fatma, a muslim from Turkey". Lalu dia juga menulis alamat emailnya di situ. 

Dan beberapa waktu setelah kejadian itu, salah seorang dari mereka mengirim email ke alamat yang ditulis Fatma, emailnya begini,  "Hi Fatma, nice to know you. Thanks for the treat in Kahlenberg cafe. We're really looking forward to treat you back someday. Hope to see you soon. It took me quite sometime to send out this e-mail to you because I had no idea how to express my regret, Are you a muslim? Thank God, I think we could be penfriends and I'll tell the world that my best penfriend is a Muslim? Write me back. Paul.
PS: I do hate croissant anyway, because... I love kebab most!

You see? Kebaikan justru membuat mereka (non muslim) tersentuh, bukan diskusi agama yang tak kunjung selesai, bukan jihad yang salah kaprah, bukan ceramah, tapi akhlak yang baik. Karena akhlak tidak berbicara tapi maknanya jauh lebih besar daripada sekedar berbicara.

Ada juga perjalanan penulis di Istanbul, Turki. Jika di Spanyol ada Mezquita, mesjid yang diubah menjadi gereja, maka di Turki ada Hagia Sophia. Hagia Sophia adalah Katedral Byzantium terbesar di Eropa yang kemudian menjadi mesjid. Ini bukti jatuhnya Konstantinopel ke tangan Dinasti Ottoman.

Selama ini setiap ada yang menyebut kata Belanda pasti langsung kita kaitkan dengan kincir angin dan bunga tulip. Tapi tahukah kalian bahwa ternyata Tulip sudah lebih dahulu menjadi ikon pariwisata di Turki. Tulip itu adalah bunga asli Anatolia Turki dan sebagian Asia Tengah. Tulip menjadi semakin populer saat Ottoman melancarkan invasi ke negara-negara Eropa. Termasuk ketika kapal-kapal Ottoman berlabuh di Belanda. Tidak ada satu pun yang melirik tulip untuk dikembangkan kecuali Belanda. Di Belanda lah kemudian bunga-bunga itu dikembangkan menjadi lebih menarik dalam berbagai warna karena peran teknologi. Nah, itu aja sedikit gambaran yang bisa aku bagikan, yang pasti buku ini sangat menarik dan sangat bagus untuk dibaca.

Tidak ada komentar: