Senin, 25 Juni 2012

Permusuhan Tak Kunjung Reda


Tadi, saya membaca berita pemukulan mantan Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, oleh gerombolan massa di depan pintu gerbang DPR Aceh usai menghadiri acara pelantikan gubernur dan wakil gubernur terpilih. Dia sempat diteriaki pengkhianat oleh beberapa orang. Pengeroyokan itu menyebabkan lebam di pipi kanannya dan luka di kepala kiri.
Kejadian ini membuat saya merasa malu. Ya, saya malu terhadap perbuatan-perbuatan segelintir orang yang kerap memperburuk citra Aceh di mata luar.
Banyak orang menganggap Aceh itu kasar. Dan kali ini, apalagi yang akan disematkan pada Aceh kita tercinta? Apa mungkin mereka akan mengecap Aceh tak bermoral? Hmmm..
Saya merasa, pemukulan itu tak sepantasnya mereka lakukan. Karena walau bagaimanapun, Irwandi adalah mantan pemimpin Aceh. Selama kurun waktu 5 tahun, dia sudah memimpin Aceh. Apakah ini balasan untuk seorang pemimpin? Aceh yang mayoritas penduduknya Islam, justru menampilkan moral-moral yang terkikis zaman.
Kejadian ini benar-benar membuat saya dongkol. Bukan karena saya pendukung Irwandi. Tapi karena saya tidak suka dengan cara-cara kasar dan tidak manusiawi seperti itu. Kalau mau berkelahi yang adil dong. Satu lawan satu. Masa satu lawan banyak. Mereka semua toh sudah pada dewasa. Harusnya cara berpikir dan bertingkah laku juga sesuai dengan umurnya. Jangan bertolak belakang seperti itu.
Apa jadinya jika berita ini sampai ke telinga orang-orang di luar sana. Apa yang akan mereka pikirkan tentang kota ini. Kota yang sejak dulu tak habis-habisnya konflik dan perang. Seperti tak pernah bosan-bosan. Jujur, saya sudah muak dengan konflik, kekerasan, pembunuhan, pelanggaran HAM. Saya MUAK. Saya BENCI. Saya hanya ingin damai. Kita semua bersaudara. Tapi kenapa sangat suka melampiaskan kebencian dan dendam dengan kekerasan. Apa setelah memukul orang yang kita benci, lantas kita akan bahagia? Lantas hati kita akan tenang? Apa tidak ada rasa iba saat mereka melakukan hal itu L
Saya sedih. Saya sangat sedih melihat kebencian di mata orang-orang itu. Rasa permusuhan terus dikobarkan. Entah kapan nyala itu akan padam. Saya berharap dan terus berdoa demi kedamaian Aceh. Hilangkan dendam dan kebencian di hati seluruh masyarakat Aceh. Semoga kejadian ini bukan awal dari berkibarnya bendera perang. Saya lelah. Ya, saya butuh ketenangan. 

Tidak ada komentar: