Minggu, 24 Juni 2012

Susah senyum


Semalam aku mendapat siraman rohani dari mamak. Katanya, banyak yang bilang aku ini jarang senyum, jadi mukanya keliatan sundek. Pasti pada bingung ya apa itu sundek. Sundek itu sama dengan cemberut (kalau nggak salah sih).
Jadi dapat nasehat, bla bla bla bla bla. Sebenarnya sih kalau komentar “jarang senyum” itu nggak kali ini aja aku dengar. Dulu teman-teman sekolah aku juga sering bilang gitu. Jarang senyum, jutek, cuek, sinis (itu yang aku ingat).
Mungkin kesan sinis itu muncul karena aku selalu pakai eyeliner kemana pun aku pergi. Eyeliner itu membuat mata jadi keliatan lebih tajam dan sinis. Tapi memang dari dulu aku senang pakai eyeliner, biar nggak keliatan pucat.
Karena keseringan pake eyeliner, jadi kalau sewaktu-waktu aku lupa pakai, pasti ada teman yang bilang, “Kok keliatan pucat?,”
Nah, balik lagi ke topik di atas, memang aku tipe orang yang susah senyum. Karena aku mikir, kalau aku jalan sambil senyum, ada 2 kemungkinan : kalau nggak dikatain orang gila, pasti dibilang tebar pesona. Karena pikiran aku itu lah, makanya sampe sekarang aku susah banget senyum. Terkecuali udah di senyumin duluan sama orang. Tapi kadang kalau di senyumin sama orang pun, aku suka liat ke belakang dulu, benar buat aku atau bukan senyumnya J
Makanya kadang-kadang aku suka iri sama orang yang supel. Yang bisa ramah sama semua orang. Karena itu merupakan tantangan terbesar buat aku. Sampai saat ini, itu adalah hal yang sangat sulit untuk aku lakukan. Sering aku mencoba “supel” tapi justru membuat aku nggak nyaman (jujur). Kesannya kok kayak cari muka L
Susah buat aku untuk basa basi sama orang, kecuali sama teman-teman yang udah dekat. Bahkan sama saudara-saudara aja, aku masih susah untuk membuka pembicaraan. Palingan kalau ditanya, aku jawab. Kalau nggak, aku diamin aja. Bodoh banget kan X_X
Bahkan aku sampai membaca bukunya Larry King, yang judulnya “Seni Berbicara”, supaya aku tahu bagaimana caranya membuka pembicaraan dengan orang-orang yang baru ku temui.
Dan itu adalah salah satu alasan mengapa aku memilih kuliah di jurusan ilmu komunikasi. Supaya aku bisa belajar bagaimana berkomunikasi dengan orang lain, dekat dengan banyak orang, menjalin hubungan dengan masyarakat, dan pastinya bisa berguna buat orang lain. Karena manusia yang baik adalah mereka yang bisa bermanfaat bagi orang lain.
Mungkin kedepannya aku harus belajar bagaimana caranya “senyum”. Aku harus bisa lebih ramah. Benar kata mamak, aku harus lebih care lagi sama orang.
Kalau kata kak Mena, aku itu orangnya nggak pedulian sama lingkungan sekitar, cuek sama orang. Kadang aku bingung, apa yang harus aku perbuat untuk merubah persepsi orang-orang itu. Makanya dari tadi sore, aku senyumin semua orang yang aku temui di jalan biar nggak dibilang sombong atau sundek lagi J

Tidak ada komentar: